Penerapan teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) terhadap keanekaragaman Arthropoda pada pertanaman kedelai

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan teknologi PHT terhadap keanekaragaman Arthropoda, intensitas serangan hama perusak polong kedelai serta produksi tanaman kedelai pada 2 lahan yang berbeda yakni lahan dengan penerapan teknologi PHT dan lahan non PHT. Penelitian ini dilakukan di Desa Pojok Kulon, Kabupaten Jombang yang berada pada ketinggian kurang lebih 44 m di atas permukaan laut dan di Laboratorium Hama, Jurusan HPT, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya pada bulan Juni 2005 sampai Maret 2006. Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan terhadap komunitas Arthropoda, pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun dan polong), hasil tanaman (bobot per 1000 biji), intensitas kerusakan polong dan pengamatan terhadap komunitas gulma. Keanekaragaman Arthropoda ditentukan dengan menggunakan metode eksplorasi pada lahan PHT dan lahan non PHT. Eksplorasi menggunakan metode mutlak (dengan unit contoh adalah permukaan tanah seluas 400 cm2) dan metode nisbi yaitu dengan panci perangkap (pan traps) dan lubang perangkap (pitfall traps). Pengambilan contoh Arthropoda dilakukan secara sistematis dengan pola diagonal pada lahan, sedang pengambilan contoh tanaman dilakukan secara zig-zag sesuai dengan masing-masing luas lahan (500 m2). Pengamatan komunitas gulma dilakukan secara visual dengan menghitung jumlah jenis dan kelimpahan individu dalam luasan petak contoh 1m2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (a). Arthropoda yang berasosiasi dengan tanaman kedelai pada lahan PHT dan non PHT mencakup 5 klas Arthropoda yaitu Insekta, Arachnida, Diplopoda, Chilopoda dan Malacostrata (b). Arthropoda yang ditemukan di lahan PHT berjumlah 24367 individu yang terdiri dari 166 jenis dan pada lahan non PHT ditemukan Arthropoda sejumlah 20612 individu yang terdiri dari 157 jenis (c). Peran fungsional Arthropoda pada lahan PHT adalah hama (45 jenis), pengurai (28 jenis), predator (59 jenis), parasitoid (32 jenis) dan yang tidak teridentifikasi (2 jenis). Pada lahan non PHT adalah sebagai hama (42 jenis), pengurai (27 jenis), predator (54 jenis), parasitoid (31 jenis) dan yang tidak teridentifikasi (3 jenis) (d). Dari uji T 5 % terhadap ketiga habitat yang diamati (dalam tanah, permukaan tanah, di atas tajuk) pada lahan PHT dan lahan non PHT, menunjukkan bahwa komunitas Arthropoda dalam tanah pada lahan PHT berbeda nyata dengan lahan non PHT (e). Aplikasi pestisida berdampak negatif terhadap populasi Arthropoda di lahan non PHT (f). Secara umum keanekaragaman gulma, keanekaragaman Arthropoda (H’), tingkat kemerataan (E) dan kekayaan jenis (R) pada lahan PHT lebih tinggi dibanding lahan non PHT (g). Koefisien kesamaan 2 lahan (Qs) menunjukkan nilai yang mendekati satu, yang mengisyaratkan bahwa komunitas Arthropoda pada lahan PHT dan lahan non PHT hampir sama. Hal ini diperkuat oleh hasil uji T 5 % yang menunjukkan tidak adanya beda nyata dari jenis dan jumlah Arthropoda pada lahan PHT dan non PHT (h). Pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah polong) pada lahan PHT lebih baik dibanding lahan non PHT (i). Bobot biji kedelai dari lahan PHT lebih tinggi daripada bobot biji kedelai dari lahan non PHT (j). Intensitas kerusakan mutlak pada lahan non PHT lebih tinggi daripada lahan dengan penerapan teknologi PHT (k). Analisa usaha tani pada lahan PHT menunjukkan nilai B/C Ratio = 1.8 dan nilai BEP volume produksi = 947.5 kg. Pada lahan non PHT menunjukkan nilai B/C Ratio = 1.2 dan nilai BEP volume produksi = 1001.5 kg