Peranan Penyuluh Kehutanan Lapangan [PKL] dalam pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan [GN-RHL] : kasus pada Kelompok Tani Subur I Desa

Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) merupakan program nasional program GN-RHL. ogram GN-RHL oleh kelompok tani? (3) Bagaimana hubungan RHL) dalam penerapan program GN-RHL yang dilatarbelakangi oleh terjadinya pemanfaatan sumber daya hutan yang tidak terkendali sehingga mengakibatkan terjadinya sejumlah bencana alam dan kerugian nasional yang besar. Dalam UU No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan dinyatakan bahwa, masyarakat berkewajiban ikut serta menjaga hutan, berperan aktif dalam rehabilitasi dan pembangunan bidang kehutanan (Anonymous, 2003). Penyuluh Kehutanan Lapangan (PKL) sebagai agen pembaharu (Agent of Change) diharapkan dapat berperan dalam menjembatani dan mempercepat proses transfer teknologi dari peneliti kepada petani sebagai pelaku utama penerapan Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Sejauh mana peranan PKL pada peningkatan kemampuan kelompok tani dalam penerapan program GN-RHL? (2) Bagaimana hasil penerapan pr antara peranan PKL dengan penerapan program GN-RHL oleh kelompok tani? Sedangkan tujuan penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan peranan PKL dalam pembinaan kelompok tani. (2) Mendeskripsikan hasil penerapan program GN-RHL oleh kelompok tani. (3) Menganalisa hubungan antara peranan PKL dengan penerapan program GN-RHL oleh kelompok tani. Hipotesis penelitian ini adalah: Diduga terdapat hubungan antara peranan PKL pada pembinaan kelompok tani (pelaksana program GN- di Desa Sumbersuko. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode survey . Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja di Desa Sumbersuko, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang. Penetuan sampel secara Simple Random Sampling dengan sampel sebanyak 25 petani dari 89 orang petani. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Metode analisis data untuk hipotesis pertama dan ke dua menggunakan Analisis Deskriptif Kualitatif , sedangkan untuk hipotesis ke tiga menggunakan Analisis Korelasi Rank Spearman . Variabel peranan PKL terdiri dari 11 indikator dan mempunyai nilai sebesar 26 dari skor maksimal 33 (78,8%) dengan kategori tinggi. Skor masing-masing sub variabelnya sebagai berikut: (1) Peranan PKL sebagai pembimbing petani termasuk dalam kategori sedang dengan skor rata-rata 2,2 dari skor maksimal 3 (73,3%). (2) Peranan PKL sebagai Organisator dan Dinamisator termasuk dalam kategori sedang dengan skor rata-rata 2,3 dari skor maksimal 3 (76,7%). (3) Peranan PKL sebagai teknisi termasuk dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata 2,7 dari skor maksimal 3 (90%). (4) Peranan PKL sebagai agen penghubung termasuk dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata 2,7 dari skor maksimal 3 (90%). Variabel penerapan program GN-RHL oleh kelompok tani terdiri dari penerapan teknis dan kelembagaan yang terdiri dari 12 indikator dan mempunyai nilai sebesar 8,7 dari skor maksimal 12 (72,5%) dengan kategori tinggi. Skor masing-masing sub variabelnya sebagai berikut: (1) Penggunaan bibit temasuk dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata 0,9 dari skor maksimal 1 (90%). (2) Penggunaan Pupuk termasuk dalam kategori sedang dengan skor rata-rata 0,6 dari skor maksimal 1 (60%). (3) Penanam r mengaktifkan kembali ertemuan kelompok tani secara terjadwal guna pemantapan materi dalam penyebaran ovasi GN-RHL. Sedangkan untuk pendampingan dan persiapan di lapang diharapkan gar PKL dan LSM dapat bekerjasama dengan lebih baik agar keduanya dapat elaksanakan peranannya dengan maksimal. (3) Perlu adanya penambahan tenaga PKL arena pada kenyataannya di lapang terdapat keterbatasan tenaga PKL. Di daerah enelitian hanya ada satu orang PKL sedangkan wilayah kerjanya cukup luas, tetapi karena nggung jawab yang besar akhirnya PKL dapat melaksanakan peranannya sebagai agen enghubung antara lembaga penelitian dan petani dengan baik