Studi Terapi Ekstrak Metanol Daun Pletekan (Ruellia tuberossa L) Terhadap Kadar Malondialdehid dan Gambaran Histopatologi Ginjal Tikus (Rattus norvegicus) Diabetes Mellitus 1 Hasil Induksi Streptozoto

Diabetes mellitus merupakan penyakit degeneratif yang prevalensinya meningkat setiap tahun dan menyebabkan terjadinya komplikasi pada jantung, otak dan ginjal. Diabetes ditandai dengan hiperglikemia yang disebabkan oleh gangguan sekresi insulin pada sel β pankreas. Pletekan (Ruellia tuberossa L) memiliki kandungan flavonoid yang berperan sebagai antioksidan yang berfungsi sebagai pemecah rantai radikal bebas yang merupakan inisiator terjadinya diabetes. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi ekstrak daun pletekan (Ruellia tuberossa L) terhadap kadar MDA dan gambaran histopatologi ginjal pada tikus model diabetes. Tikus model diabetes disiapkan dengan injeksi streptozotocin secara intraperitonial dengan dosis 20 mg/Kg BB selama 5 hari berturut-turut. Penelitian ini menggunakan tikus (Rattus norvegicus) jantan strain Wistar yang dibagi menjadi 3 kelompok yakni kelompok kontrol negatif, kelompok kontrol positif (DM), dan kelompok terapi (dosis tunggal 450 mg/kg BB). Pengamatan kadar MDA menggunakan metode Thiobarbituric Acid (TBA) dan dianalisis dengan ANOVA. Pengamatan gambaran histopatologi menggunakan mikroskop dan dianalisis secara deksriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi ekstrak metanol daun pletekan (Ruellia tuberossa L) dapat menurunkan kadar malondialdehid secara signifikan (p<0,05). Pengamatan histopatologi menunjukkan ekstrak metanol daun pletekan memperbaiki dan mengurangi kerusakan jaringan pada glomerulus dan tubulus pada ginjal tikus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terapi daun pletekan (Ruellia tuberossa L) dapat menurunkan glukosa darah, kadar MDA dan memperbaiki kerusakan jaringan ginjal pada tikus model diabetes mellitus tipe