Analisis Cost-Effectiveness Penggunaan Antibiotik Seftriakson-Metronidazol Dan Sefotaksim-Metronidazol Pasca Operasi Apendektomi (Studi Dilakukan Pada Pasien Apendisitis Akut Perforasi Dewasa Di Rsud

Apendistis adalah obstruksi lumen apendiks akibat hiperplasia jaringan limfoid yang bisa berujung perforasi. Pada apendisitis akut perforasi, antibiotik seftriakson-metronidazol dan sefotaksim-metronidazol digunakan 90% dalam terapi, namun belum diketahui diantara keduanya yang lebih cost-effective. Penelitian ini bertujuan untuk melalukan Cost effectiveness analysis (CEA) terhadap kombinasi antibiotik tersebut dengan perspektif penyedia layanan kesehatan. Pengumpulan data secara retrospektif menggunakan rekam medis dan data keuangan pasien. Sampel sebanyak 27 pasien diambil sesuai kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan. Analisis farmakoekonomi CEA yang digunakan adalah perhitungan Average Cost Effectiveness Ratio (ACER) dan Incremental Cost Effesctiveness Ratio (ICER). Berdasarkan analisis ACER pada pasien umum pilihan terapi yang lebih cost-effective adalah sefotaksim generikmetronidazol dibandingkan seftriakson generik-metronidazol berdasarkan lama rawat inap dan lama hilangnya demam. Sedangkan, pada pasien JKN yang menggunakan sefotaksim generik-metronidazol lebih cost-effective berdasarkan lama rawat inap dibandingkan dengan seftriakson generik-metronidazol. Berdasarkan analisis ICER tidak ditemukan alternatif yang lebih cost-effective karena menghasilkan nilai 0. Dapat disimpulkan bahwa antara pasien umum dan JKN yang lebih cost-effective adalah penggunaan antibiotik sefotaksim generikmetronidazol pada pasien apendistis akut perforasi pasca apendektomi