Perbedaan Laju Pertumbuhan Larva Lalat Musca domestica pada Bangkai Tikus Rattus Norvegicus Strain Wistar yang Terpapar Kodein Dosis Toksik dan yang Tidak Terpapar Kodein.

Kematian merupakan berhentinya fungsi spontan pernafasan dan jantung yang irreversible ditambah adanya pembuktian kematian batang otak. Salah satu cabang ilmu kedokteran adalah entomologi forensik. Aplikasi dari entomologi forensik untuk memperkirakan waktu kematian melalui Post Mortem Interval. Post mortem interval (PMI) ini digunakan sebagai parameter untuk menetapkan onset kematian, penyebab, cara dan waktu terjadinya kematian melalui umur larva lalat yang ditemukan pada jenazah. Pertumbuhan larva dipengaruhi oleh suhu lingkungan, makanan, kelembapan, intensitas cahaya,dan kontaminan. Penelitian eksperimental ini menggunakan media dua bangkai tikus dengan berat rata-rata 200 gram. Tikus pertama diberikan kodein dosis toksik 53,2miligram peroral (LD50 = 266 mg/kgBB), tikus kedua tanpa kodein lalu dimatikan dengan cervical dislocation. Kedua bangkai ini dimasukkan 2 kandang yang telah berisi masing-masing 50 lalat Musca domestica. Setiap media tumbuh diambil 10 larva secara acak setiap hari selama 14 hari untuk diukur panjang dan berat serta durasi pertumbuhannya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan larva pada media dengan kandungan kodein dan tanpa kandungan kodein berbeda secara signifikan untuk panjang dan beratnya. Larva pada media tumbuh dengan kandungan Kodein lebih lama pertumbuhan stadium 3 dibandingkan dengan larva tanpa kandungan kodein (p ≤ 0,05, Independent T-test). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kodein dapat menghambat laju pertumbuhan larva lalat Musca domestica