Pengaruh Peptida Polisakarida (PSP) Ganoderma lucidum terhadap Ketebalan Intima-Media Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar Model Diabetes Melitus Tipe 2.

Penyakit kardiovaskular menempati posisi pertama penyebab kematian di dunia. Hal ini diakibatkan lifestyle yang tidak sehat seperti merokok, obesitas, kurang olah raga dan sedentary lifestyle. Faktor risiko lain yang meningkatkan angka kejadian penyakit kardiovaskular salah satunya adalah penyakit metabolik seperti Diabetes Melitus tipe 2. Peptida polisakarida telah terbukti sebagai antioksidan yang mampu menekan radikal bebas dalam tubuh, sehingga dapat menjadi pengobatan profilaksis Diabetes Melitus tipe 2. Diabetes Melitus tipe 2 terjadi akibat peningkatan glukosa dan asam lemak bebas yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah radikal bebas dalam tubuh dan stress oksidatif pada sel otot polos dan adiposit. Kedua sel tersebut membentuk mekanisme pertahanan yang disebut resistensi insulin untuk mencegah glukosa dan asam lemak bebas masuk ke dalam sel. Penelitian ini menggunakan Tikus Putih (Rattus norvegicus) Galur Wistar Model Diabetes Melitus Tipe 2. Pembuatan Model Diabetes Melitus Tipe 2 dengan cara pemberian diet tinggi lemak dan induksi Streptozotocin (STZ), kemudian diterapi dengan Peptida polisakarida (PSP) dari Ganoderma lucidum selama 1 bulan dalam lima perlakuan berbeda, yakni kontrol, kelompok DM dimana diberi diet tinggi lemak dan induksi STZ, kelompok DM yang diinduksi STZ, pakan tinggi lemak dan terapi PSP 50mg/kgBB, 150mg/kgBB dan 300mg/kgBB. Potongan aorta diambil dan preparat dipersiapkan dengan metode paraffin block kemudian dilanjutkan dengan pengecatan Hemoxylin-Eosin. Data penelitian didaptkan menggunakan Dot Slide Olyvia dan dianalisa menggunakan Anova SPSS. Hasil penelitian membuktikan bahwa PSP mampu menurunkan ketebalan tunika intima-media pembuluh darah secara signifikan. Uji oneway ANOVA menunjkkan signifikansi dimana nilai p = 0.000. Dosis 150mg/kgBB dan 300mg/kgBB dapat menurunkan ketebalan tunika intima-media hingga sama dengan normal. Penelitian perlu dilanjutkan terkait dosis optimal PSP dalam menurunkan ketebalan tunika intima-media dan uji toksisitas PSP