Pengaruh Pemberian Tepung Biji Kecipir Per Oral (Psophocarpus tetragonolobus L.) terhadap Tinggi Vili Jejunum Tikus Putih Rattus novergicus strain Wistar yang Diberi Diet Protein Rendah

Kurang Energi Protein (KEP) mempunyai dampak pada sistem pencernaan. Kekurangan zat-zat gizi yang melewati usus dapat menyebabkan atrofi fungsional mukosa usus, vili usus menjadi tumpul. Atrofi vili usus dapat mengurangi fungsi pencernaan dan penyerapan di usus, dan menyebabkan diare yang dapat memperparah kondisi KEP. Protein merupakan zat gizi penting untuk rehabilitasi KEP. Kandungan protein biji kecipir tua mendekati kandungan protein biji kedelai. Maka dari itu biji kecipir dapat digunakan sebagai makanan alternatif bagi penderita gizi buruk. Penelitian eksperimental laboratorik ini menggunakan desain posttest with control group. Sebanyak 28 tikus Rattus novergicus strain wistar dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok kontrol negatif (K-) mendapatkan pakan standar selama 7 minggu. Kelompok kontrol positif (K+) mendapatkan diet protein rendah (4%) selama 7 minggu. Kelompok perlakuan 1 (P1) mendapatkan diet protein 4% selama 3 minggu, kemudian 4 minggu berikutnya mendapatkan pakan standar yang disubstitusi tepung biji kecipir dengan protein 21%. Kelompok perlakuan 2 (P2) mendapatkan diet protein 4% selama 3 minggu, kemudian mendapatkan pakan standar yang disubstitusi tepung biji kecipir dengan protein 45% selama 4 minggu. Pakan diberikan secara oral dengan dimasukkan ke kandang setiap hari. Di akhir masa penelitian, tikus dibedah untuk diambil bagian jejunum dan dibuat preparat agar dapat diukur tinggi vilinya. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara tinggi vili keempat kelompok dengan p= 0,003 (p< 0,05). Kelompok K- tidak berbeda secara signifikan dengan ketiga kelompok lainnya. Kelompok K+ berbeda signifikan dengan P1, namun tidak berbeda signifikan dengan K- dan P2. Kelompok P1 tidak berbeda signifikan dengan K- dan P2. Kelompok P2 tidak berbeda signifikan dengan semua kelompok. Kelompok P1 mempunyai tinggi vili yang paling baik diantara keempat kelompok, sedangkan kelompok K+ yang paling rendah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemberian protein 45% untuk tikus yang telah diberi diet protein 4% tidak memperbaiki tinggi vili lebih baik daripada pemberian diet dengan kadar protein 21%