Pengaruh Pemberian Ekstrak Labu Kuning (Cucurbita moschata Duchenes) Secara Oral terhadap kadar Malondialdehyde (MDA) Hepar Tikus (Rattus norvegicus Strain Wistar) Model Diabetes Melitus Tipe 2

Diabetes melitus merupakan sindroma yang ditandai hiperglikemia kronis dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan berkurangnya sekresi insulin oleh sel-sel beta pulau langerhans atau karena kerusakan jaringan akibat stress oksidatif. Stress oksidatif pada penderita diabetes dapat menyebabkan peningkatan MDA sebagai hasil akhir dari radikal bebas dalam tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak labu kuning terhadap kadar MDA hepar tikus. Rancangan penelitian ini adalah post test only control group desig. Sampel penelitian sebanyak 20 ekor tikus yang dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok P0 dengan diet normal, P1 dengan induksi stz, P2 dengan induksi stz dan diberi ekstrak labu kuning 42,2 mg/hari, P3 dengan induksi stz dan diberi ekstrak labu kuning 84,3 mg/hari dan P4 dengan induksi stz dan diberi ekstrak labu kuning 168,6 mg/hari. Peroksidasi lipid diukur MDA-TBA dengan spektrofotometri. Data dianalisis dengan One Way Anova dengan tingkat signifikansi p<0,05. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan rata-rata kadar MDA pada kelompok P3 dan P4 dibandingkan dengan kelompok kontrol P1 dan P2, hasil yang didapat ada pengaruh yang bermakna pemberian ekstrak labu kuning terhadap penurunan kadar MDA hepar tikus (p<0,05), sedangkan pada kelompok P2 kadar MDA yang didapat lebih tinggi dari pada kelompok kontrol P1, P3 dan P4, hal ini dimungkinkan rendahnya dosis dan kekurangan pengendalian sampel dalam penelitian ini. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna terhadap kadar MDA hepar tikus yang diberi ekstrak labu kuning