Korelasi Antara Kadar Malondialdehyde (MDA) dengan Kadar Circulating Endothelial Progenitor Cell (EPC) pada Pasien Sindroma Metabolik.

Di Indonesia, prevalensi sindroma metabolik (SM) terus meningkat (13,13%) karena perubahan pola dan taraf hidup. Kondisi hiperglikemia, peningkatan metabolisme lemak dan hipertensi pada SM menyebabkan peningkatan reactive oxygen species (ROS) dan terjadinya kondisi stres oksidatif. Stres oksidatif dianggap sebagai salah satu penyebab terjadinya disfungsi endotel. Endothelial Progenitor Cell (EPC) yang berfungsi untuk memperbaiki kerusakan endotel di pembuluh darah, tidak dapat berfungsi dengan baik pada keadaan SM sehingga proses aterosklerosis terus terjadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar malondialdehyde (MDA) sebagai marker adanya stres oksidasi dan EPC serta mengetahui hubungan antara kadar MDA dengan kadar EPC pada pasien SM. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pengambilan data secara cross sectional. Responden pada penelitian ini adalah pasien rawat jalan di Poli Penyakit Dalam Divisi Endokrinologi, Rumah Sakit Dr. Saiful Anwar Malang (n=50). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel darah responden. Kadar MDA diperiksa menggunakan metode Thiobarbituric Acid (TBA) dan didapatkan hasil bahwa kadar MDA mengalami peningkatan (0.76780±0.196996 μmol/L). Kadar EPC diperiksa menggunakan flowcytometry dan didapatkan hasil bahwa kadar EPC mengalami penurunan (9.20±10.780 cell/ml). Kadar MDA dan kadar EPC dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson dan regresi linier. Hasil uji korelasi menunjukkan kadar MDA memiliki korelasi bermakna (r: -0.3, p< 0.05) terhadap penurunan EPC dan R2 sebesar 0.09. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan yang bermakna antara tingginya kadar MDA terhadap penurunan kadar EPC pada pasien SM