Analisis Keputusan Iran Dalam Kesepakatan Nuklir Jcpoa Dengan Kelompok Negara P5+1 Tahun 2013-2015

Nuklir merupakan alat strategis dimana memiliki fungsi untuk mendukung pertahanan negara serta dapat juga digunakan untuk tujuan damai, seperti sumber energi listrik dll. Selain itu, nuklir juga digunakan dalam strategi sebuah negara untuk memunculkan efek deterrence yang ditujukan pada negara lain. Oleh karena itu, banyak negara ingin mengembangkan nuklir salah satunya Iran. Namun, program nuklir Iran tidak berjalan dengan lancar dimana banyak menuai kecaman oleh dunia internasional. Hal tersebut disebabkan oleh laporan dari IAEA mengenai potensi nuklir Iran untuk mengembangkan bom. Sebelumnya juga, Iran tidak menuruti additional protocol yang diberikan oleh IAEA untuk memberi akses melakukan investigasi secara menyeluruh kepada fasilitas nuklir negara tersbut. Dengan hal tersebut, negara-negara seperti AS, China, Rusia, Inggris, Perancis, dan Jerman membentuk kelompok P5+1 untuk melakukan negosiasi dengan Iran. Namun, Iran tetap mengembangkan nuklirnya dan mendapat sanksi oleh dunia internasional. Hingga pada pergantian pemimpin di Iran dimana Hassan Rouhani menggantikan Ahmadinejad yang memunculkan perubahan dengan disepakatinya kesepakatan nuklir JCPOA tahun 2015. Keputusan Iran dalam menyepakati kesepakatan nuklir JCPOA dilihat menggunakan adaptive model dengan variabel external change, structural change, dan leadership