Analisis Framing Pemberitaan dalam Pemilihan Presiden Indonesia Tahun2014 PadaMedia Online SinarHarian Malaysia dan The Straits Times Singapura

Framing pada media telah dipelajari lebih mendalam dalam dekade terakhir ini yang mana konsepnya merujuk pada bagaimana cara untuk memahami secara sistematis dan menetapkan susunan berita melalui seleksi, fokus, dan penyajian berita berdasarkan pola yang tetap. Oleh karena itu, isi berita dalam media massa bukanlah sekedar cermin realitas sosial, melainkan media berperan sebagai filter atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai peristiwa untuk diberi perhatian atau tidak. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi arah pemberitaan media antara lain, pandangan individu pekerja media, kebiasaan media, pengaruh organisasi media, pengaruh dari luar organisasi media, dan ideologi. Sebuah pemberitaan peristiwa politik pun tak lepas dari framing media. Media massa melakukan konstruksi dan dekonstruksi realitas politik untuk menciptakan citra dan persepsi tertentu pada khalayak sesuai agenda politik dengan cara menyaring peristiwa politik kemudian menyajikannya dalam berita dengan menonjolkan hal-hal tertentu. Pemilihan presiden Indonesia 2014 sebagai sebuah peristiwa politik menjadi isu yang diangkat oleh beberapa media asing, termasuk media di kawasan ASEAN. Metode pengkajian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe deskripsi kualitatif. Objek penelitian ini adalah berita yang terdapat dalam beberapa media massa online SinarHarian dari Malaysia dan The Straits Times dari Singapura pada edisi tanggal 4 Juni sampai 5 Juli 2014. Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian adalah melalui dokumentasi. Peneliti menggunakan analisis framing model Pan dan Kosicki dalam proses analisis data penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isi berita yang dimuat oleh kedua media tersebut membahas mengenai persaingan kedua capres dalam pemilihan presiden Indonesia. Pemberitaan di kedua media online tersebut tampak tidak berimbang karena cenderung memberikan penilaian positif pada capres Joko Widodo dan penilaian negatif pada capres Prabowo Subianto