Dinamika Proses Ratifikasi ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution (AATHP) Oleh Indonesia Tahun 2002 – 2014

Masalah kebakaran hutan dan lahan hampir setiap tahun terjadi di kawasan ASEAN dan menghasilkan kabut asap lintas batas (transboundary haze pollution). Salah satu momentum kebakaran hebat dan kabut asap yang terjadi di tahun 1997 membuat urgensi dibentuknya ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution yang ditanda tangani tahun 2002. Sebagai negara yang menjadi sumber kebakaran terbesar, sayangnya Indonesia tak kunjung meratifikasi hingga 12 tahun lamanya hingga tahun 2014 akhirnya meratifikasi AATHP. Dengan menggunakan model funnel of causality Kebijakan Luar Negeri, penulis akan mendeksripsikan proses ratifikasi yang sangat panjang dan memakan waktu bertahun-tahun lamanya menuju ratifikasi. Proses tersebut dibagi ke dalam dua tahapan. Pada tahap pertama, faktor internasional berupa kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di tahun 1997,2005,2006 serta desakan ASEAN mendorong aktor-aktor di dalam negeri mengusulkan ratifikasi AATHP, namun DPR tidak menyetujui usulan tersebut karena pengaruh lobi pengusaha yang takut kepentingannya terancam. Hal tersebut membuat keleluasaan Presiden SBY menjadi terbatas untuk mewujudkan keinginanya meratiifikasi AATHP, sehingga Indonesia harus bertahan pada posisi non-ratifikasi AATHP. Pada tahapan kedua, adanya isu asap lintas batas serta desakan ASEAN ditambah dengan menguaknya isu lingkungan internasional mendorong aktoraktor dalam negeri kembali mengusulkan ratifikasi. Kampanye negatif sawit Indonesia di luar negeri juga mendorong para pengusaha untuk memastikan produk ramah lingkungan sehingga ratifikasi AATHP dapat berjalan beriringan dengan kepentingan mereka. Oleh karena itu pergesekan kepentingan di dalam DPR tidak lagi sebesar pada tahap pertama dan dapat mencapai kesepakatan. Doktrin kebijakan luar negeri SBY, motif, dan pengalamannya ditambah dengan kondisi DPR yang tela mnyetujui ratifikasi membuat keputusan ratifikasi menjadi mungkin untuk diwujudukan hingga akhirnya pada tahun 2014 Indonesia akhirnya meratifikasi AATHP