Peran Gerakan Perempuan Dalam Pembangunan Pasca-Konflik (Peacebuilding) Di Sudan Bagian Selatan Tahun 2005-2011

Sudan bagian Selatan adalah sebuah bangsa yang baru saja memperoleh kemerdekaannya pada tahun 2011 setelah dikoloni oleh negara tetangganya yaitu Sudan sejak tahun 1956 hingga tahun 2005. Selama berpuluh tahun, Sudan bagian Selatan menjadi bagian dari Sudan yang termarginalkan baik dalam hal pembangunan maupun kesempatan untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Berada dalam kondisi yang demikian, konflik keduanya pun tidak dapat dicegah hingga akhirnya pada tahun 2005 perjanjian perdamaian antara keduanya ditemui. Selama konflik perempuan menjadi korban yang sangat termarginalkan, mereka diperlakukan sebagai budak dan kemudian tidak dilibatkan dalam berbagai proses perdamaian. Tidak adanya keterlibatan perempuan dalam upaya perdamaian antara Sudan dan Sudan bagian Selatan telah menunjukkan adanya upaya pembatasan kapasitas secara struktural dan kemudian didukung oleh hambatan kultural terhadap perempuan. Mereka dipandang sebagai korban pasif yang hanya akan diperlakukan layaknya korban tanpa mempertimbangkan perannya selama konflik berlangsung. Perjanjian perdamaian Comprehensive Peace Agreement (CPA) yang disepakati oleh Sudan dan Sudan bagian Selatan telah menjadi dorongan bagi perempuan untuk membangun perdamaian melalui berbagai gerakan berbasis perempuan di Sudan bagian Selatan. Para aktifis perempuan ini berupaya untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan pasca konflik di Sudan bagian Selatan melalui berbagai sektor yang bahkan belum tersentuh oleh tangan pemerintah. Upaya gerakan perempuan di Sudan bagian Selatan dalam pembangunan pasca konflik ini menarik perhatian penulis untuk melakukan penelitian mengenai peran yang dijalankan oleh mereka. Tidak mudah bagi mereka untuk menunjukkan sikap aktif mereka dalam pembangunan pasca konflik di Sudan bagian Selatan karena masyarakat setempat masih terpaku pada label korban pasif yang melekat pada perempuan. Penelitian ini akan membahas bagaimana peran yang dijalankan oleh gerakan perempuan di Sudan bagian Selatan dalam upaya pembangunan pasca konflik melalui perspektif Hubungan Internasional, khususnya dalam konsep Peacebuilding yang diprakarsai oleh Johan Galtung. Diharapkan, penelitian ini dapat menjelaskan bagaimana perempuan di Sudan bagian Selatan merubah label korban pasif yang terikat dengan mereka menjadi aktor aktif yang berkontribusi dalam pembangunan pasca konflik di Sudan bagian Selatan