Analisis Kesesuaian Komunikasi Antara Brand Identity Dengan Brand Image Museum Brawijaya Malang.

Beberapa ahli menekankan pentingnya keselarasan antara brand identity dan brand image, dalam menciptakan brand yang kuat. Sebaliknya apabila terjadi kesenjangan antara keduanya, maka akan berdampak pada terciptanya brand image yang negatif dimana konsumen akan memutuskan untuk tidak mempergunakan brand tersebut. Kondisi dimana terdapat kesenjangan antara brand identity dengan brand image inilah yang dihadapi oleh museum Brawijaya pada saat ini. Hal ini tampak pada menurunnya jumlah pengunjung dari tahun ke tahun. Penurunan jumlah pengunjung juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pihak pengelola museum. Karena meskipun tidak berorientasin pada keuntungan, museum juga membutuhkan pengunjung dalam mewujudkan visi misinya untuk mewariskan nilai-nilai perjuangan dan identitas bangsa Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian komunikasi antara brand identity dengan brand image museum Brawijaya Malang. Penelitian mempergunakan konsep brand identity Kapferer (2009) yang menyatakan bahwa brand tersusun dari enam aspek penyusun identitas yakni physique, personality, relation, culture, reflection dan self-image. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus yang mana memungkinkan penulis untuk mempergunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif merupakan data mengenai brand identity, sementara data kuantitatif merupakan data mengenai brand image konsumen. Jumlah responden dalam kuesioner sebanyak 100 orang. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode yang terdapat pada penelitian terdahulu yakni Lindeberg dkk., (2012) dan Hubanic dkk. (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan komunikasi antara brand identity dan brand image museum Brawijaya. Kesenjangan tersebut meliputi beberapa aspek brand identity sesuai dengan konsep Kapferer (2009), yakni aspek fisik, kepribadian, dan hubungan. Penelitian juga menunjukkan bahwa museum tidak memiliki konsep brand identity yang kuat sehingga museum kesulitan dalam menyampaikan viii identitas yang dimiliki. Selain itu museum juga kurang memaksimalkan berbagai media seperti internet dan social media untuk berkomunikasi dengan pengunjung