Strategi Keamanan Energi Fosil Jepang Pada Tahun 2010 – 2014 (Studi Kasus Paska Insiden Fukushima)

Keamanan energi merupakan salah satu isu penting bagi dunia internasional. Energi merupakan penggerak bagi kegiatan ekonomi dan industri negara. Begitu pula bagi Jepang, yang menggunakan energi sebagai faktor utama dalam kemajuan ekonomi dann industrinya. Energi nuklir merupakan salah satu energi utama yang digunakan dalam negerinya, selain menggunakan energi fosil. Jepang sendiri merupakan salah satu negara yang sangat sedikit memiliki cadangan sumber energi dalam negeri. Sehingga untuk mendapatkannya, Jepang mengimpor sejumlah energi dari negara lain. Oleh karena itu, energi nuklir yang diproduksi dalam negeri merupakan kebijakan utama bagi Jepang dalam mencapai keamanan energi nasional di tahun 2030. Kemudian tahun 2011 terjadi indsiden Fukushima yang membuat Jepang kehilangan energi nuklirnya. Sehingga Jepang harus meningkatkan impornya terhadap sumber energi fosil seperti minyak bumi, batu bara dan LNG untuk dapat menjalankan aktivitas industri dan ekonominya. Tingginya impor tersebut membuat Jepang berada pada kondisi kerentanan energi. Dimana Jepang memerlukan strategi untuk mencapai keamanan energinya paska insiden Fukushima. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi yang digunakan oleh Jepang untuk mencapai keamanan energinya paska insiden Fukushima. Dengan menggunakan konsep Strategi Negara Importir oleh Mason Willrich, peneliti akan menjelaskan strategi yang digunakan Jepang dalam mencapai keamanan energi paska insiden Fukushima tahun 2011. Yang mana Jepang sebagai negara importir tanpa kepemilikan atau sangant sedikit memiliki sumber energi dalam negeri akan memperkuat jaminan terhadap pasokan energi asing, yang dilakukan melalui tindakan diversifikasi dan meningkatkan hubungan interdependensi