Analisis Kebijakan Bergabungnya Armenia Dalam Eurasian Economic Union (Eeu) Pada Masa Pemerintahan Presiden Serzh Sargsyan Tahun 2013

Perilaku kebijakan luar negeri negara-negara kecil memiliki karakteristik tertentu yang berbeda dari negara lain atau negara yang lebih besar. Kebijakan luar negeri yang mereka keluarkan seringkali tidak hanya ditentukan oleh kepentingan nasionalnya namun juga oleh keterbatasan-keterbatasan dari kerentanan yang mereka miliki. Hal ini ditemui pada kasus perubahan kebijakan luar negeri Armenia, salah satu negara kecil di kawasan Kaukasus Selatan, yang pada 3 September 2013 lalu memutuskan bergabung dalam proyek integrasi ekonomi yang dimotori Rusia Eurasian Economic Union (EEU). Armenia lebih memilih EEU daripada melanjutkan proses aksesi Association Agreement (AA) dan Deep and Comprehensive Free Trade Area (DCFTA) dengan Uni Eropa yang telah lama dinegosiasikan. Penelitian ini berpendapat bahwa kebijakan integrasi ini lebih disebabkan karena kerentanan politik Armenia sebagai negara kecil daripada keuntungan ekonomi itu sendiri. Kerentanan politik Armenia dapat dilihat dari ketidakmampuannya untuk bertahan terhadap tekanan politik dan ekonomi dari Rusia, upaya destabilisasi atau subversi dari Rusia, efek spill-over politik dari perubahan kebijakan Uni Eropa dan Rusia, dan upaya yurisdiksi ekstrateritorial dari Rusia. Ancaman-ancaman terhadap keamanan politik ini kemudian mendorong Armenia untuk mengeluarkan kebijakan yang merepresentasikan kepatuhan terhadap Rusia. Kepatuhan ini ditandai dengan penggunaan hukuman dan imbalan oleh Rusia, serta keengganan Armenia untuk mengimplementasikan kebijakan yang telah diambil