Pemberdayaan Sebagai Upaya Membangun Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat Tubuh: Studi Kasus Pada Para Penyandang Cacat Tubuh di Panti Rehabilitasi Sosial Bina Daksa Suryatama, Bangil Pasuruan

Penyandang tuna daksa merupakan salah satu kelompok yang masuk dalam kategori Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Hal ini dikarenakan penyandang tuna daksa rentan mengalami masalah ketidakberdayaan, diskriminasi, dan kemiskinan. Permasalahan ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian agar penyandang tuna daksa dapat merasakan kesejahteraan hidup. Tujuan penelitian ini untuk memahami proses pemberdayaan penyandang tuna daksa di Panti RSBD Suryatama dan menganalisis dampak pemberdayaan tersebut bagi perkembangan kesejahteraan sosialnya. Penelitian ini menggunakan prespektif dari Charles Horton Cooley mengenai konsep diri (looking glass self). Dimana konsep diri menentukan pola perilaku penyandang tuna daksa. Pada umumnya penyandang tuna daksa mempunyai konsep diri negatif, yaitu minder dan tidak berdaya sehingga pasif dalam aktivitas sosialnya. Panti RSBD Suryatama berupaya membentuk konsep diri positif penyandang tuna daksa melalui pemberdayaan dengan maksud agar mereka dapat mempunyai kepercayaan diri dan kemandirian dalam menjalani aktivitas sosialnya. Konsep diri positif ini kemudian menjadi modal bagi penyandang tuna daksa untuk berelasi dengan masyarakat secara baik dan berdaya dalam memperbaiki kualitas kesejahteraan sosialnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Peengumpulan data dilakukan melalui, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan yang dijalani penyandang tuna daksa di Panti RSBD Suryatama dapat membentuk konsep diri positif bagi penyandang tuna daksa. Kesejahteraan sosial mereka meningkat, terbukti bahwa mereka dapat mempunyai kepercayaan diri dan kemandirian sehingga mereka dapat berinteraksi secara baik dengan masyarakat. Penyandang tuna daksa menjadi berdaya untuk memenuhi kebutuha pokok karena mereka dapat bekerja secara mandiri maupun bekerja menjadi pegawai di tempat usaha orang lain dengan modal ketrampilan yang telah dilatih selama berada di panti. Penyandang tuna daksa menjadi bisa meringankan beban keluarga dan dapat mengurangi kekhawatiran keluarga atas masa depan mereka