Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Konsep Diri Remaja (Studi Kasus di Malang)

Perceraian ialah berakhirnya suatu pernikahan. Perceraian dalam keluarga berawal dari suatu konflik antara anggota keluarga. Bila konflik ini sampai titik kritis, maka peristiwa perceraian itu akan terjadi. Situasi keluarga yang demikian sangat tidak menguntungkan bagi perkembangan remaja. Besar kemungkinan remaja akan merasakan sebuah penolakan, hal ini akan terjadi jika seorang remaja hubungan dalam keluarganya hanya menimbulkan frustrasi baginya dan tidak dapat memuaskan dirinya. Remaja bisa mempunyai konsep diri yang positif ataupun konsep diri negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri remaja yang mengalami perceraian orang tua. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif studi kasus dengan dua orang subjek, laki-laki dan perempuan yang mengalami perceraian orang tua ketika mereka berusia delapan dan sepuluh tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan observasi dan wawancara. Hasil penelitian ini adalah dampak dari adanya perceraian orang tua terhadap konsep diri remaja memiliki kecenderungan ke konsep diri positif. Subjek selalu termotivasi untuk dapat menjadi pribadi yang sukses dikemudian hari. Motivasi yang besar dalam diri subjek yang dikarenakan keinginan kuat untuk membuat bangga orang-orang disekitarnya terutama ibunya yang telah membesarkannya seorang diri setelah bercerai, membuat kedua subjek memilih jalan hidup yang wajar dan tidak menyimpang. Perceraian orang tua subjek pada saat mereka masih kecil tidak menimbulkan trauma bagi subjek yang mampu mengarahkannya pada konsep diri negatif hal ini dikarenakan perhatian yang tidak berubah yang diberikan oleh kedua orang tuanya saat sebelum dan setelah bercerai