Strategi Rehabilitasi Wanita Tuna Susila di Kabupaten Malang (Studi pada Dinas Sosial Kabupaten Malang dan Lokalisasi Kebobang Wonosari Malang),

Masalah sosial tentang prostitusi merupakan permasalahan yang sangat komplek. Di satu sisi prostitusi merupakan suatu hal yang haram, tetapi sebagian orang mempunyai pedapat bahwa prostitusi merupakan suatu kebutuhan. Pada tahun 2002 Pemerintah Kabupaten Malang telah mengeluarkan Instruksi Bupati tentang pelarangan kegiatan prostitusi di wilayah Kabupaten Malang tetapi keadaan riil di lapangan ada lima lokalisasi yang sampai sekarang masih menyediakan jasa. Maka dari itu perlu adanya suatu strategi yaitu rehabilitasi Wanita Tuna Susila di Kabupaten Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Wawancara dilakukan dengan Kapala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kabupaten Malang, Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial dan Daerah Kumuh Dinas Sosial Kabupaten Malang, Kepala Desa Kebobang Kecamatan Wonosari, Ketua Pokja Lokalisasi Kebobang, dan Pendamping Lapangan Lembaga Paramitra. Wawancara dan observasi juga dilakukan dengan Wanita Tuna Susila peserta program pembinaan sosial di Lokalisasi Kebobang Kabupaten Malang. Selain itu juga dilakukan pengumpulan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan rehabilitasi Wanita Tuna Susila di Kabupaten Malang. Dalam analisis pembahasan tulisan ini menggunakan teori pemberdayaan masyarakat, dimana dalam teori tersebut dijelaskan bagaimana cara-cara penerapan strategi yang berdampak signifikan kepada para Wanita Tuna Susila di Lokalisasi Kebobang. Teori-teori tersebut adalah teori model-model pemberdayaan masyarakat, tahap-tahap pemberdayaan masyarakat dan mekanisme pemberdayaan masyarakat. Strategi Rehabilitasi Waniata Tuna Susila di Lokalisasi Kebobang menekankan tiga fokus yaitu: Pembinaan mental, pembinaan keterampilan dan pemberian bantuan modal. Dalam pelaksanaan program rehabilitasi terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor-faktor pendukung adalah koordinasi sektoral yang baik dalam internal pemerintah baik dalam tataran propinsi, kabupaten, kecamatan sampai birokrat desa, adanya peran aktif dari Lembaga Swadaya Masyarakat, respon positif dan semangat dari para Wanita Tuna Susila untuk ingin berubah. Sedangkan faktor-faktor penghambat dalam program rehabilitasi Wanita Tuna Susila adalah: Minimnya alokasi dana dari pemerintah, belum adanya panti rehabilitasi bagi Wanita Tuna Susila dan ex. Wanita Tuna Susila di Kabupaten Malang, kurang maksimalnya koordinasi dengan Lembaga Swadaya Masyarakat, belum ada koordinasi yang baik dengan koperasi atau sektor swasta khususnya dalam hal pemodalan dan penyediaan lapangan pekerjaan