Kendala pembinaan narapidana homoseksual : Studi di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Jombang

Dalam penulisan skripsi ini penulis membahas mengenai masalah Kendala Pembinaan Narapidana Homoseksual. Hal ini dilatarbelakangi dengan adanya suatu kondisi di beberapa lembaga pemasyarakatan yang memiliki tahanan homoseksual. Di dalam lembaga pemasyarakatan tersebut, dengan mengetahui kondisi psikologis seorang homoseksual, maka dikhawatirkan adanya kendala di dalam pembinaan narapidana homoseksual. Kendala yang dimaksud dapat berupa pengaruhnya terhadap Narapidana lain yang bukan Homoseksual maupun kurang maksimalnya pembinaan terhadap Narapidana Homoseksual itu sendiri. Dalam upaya mengetahui tentang bagaimana proses pembinaan Narapidana Homoseksual di lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Jombang, maka metode pendekatan yang dipakai adalah yuridis Penologis, mengkaji dan menganalisa permasalahan yang ditetapkan secara yuridis dengan melihat kondisi pembinaan di lembaga pemasyarakatan yang diterima oleh objek penelitian yaitu narapidana homoseksual secara obyektif, kemudian seluruh data yang ada di analisa secara deskriptif analitis. Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh jawaban atas permasalahan yang ada, bahwa proses pembinaan narapidana di Lapas Jombang sudah sesuai dengan yang disebutkan di dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.02-PK. 04.10 Tahun 1990. hanya saja belum memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan oleh narapidana Homoseksual yang seharusnya memerlukan penanganan khusus. Kendala yang dihadapi berupa penolakan dari narapidana untuk melakukan aktivitas keagamaan, disamping itu permasalahan seperti kurangnya kesadaran diri sendiri narapidana homoseksual terhadap kesalahannya serta penggolongan narapidana yang kurang terorganisir. Kendala yang paling utama adalah kinerja pegawai lapas yang kurang maksimal di dalam mengatasi permasalaan narapidana homoseksual. Upaya yang ditempuh oleh Lapas Jombang untuk mengatasi kendala-kendala tersebut masih sebatas memaksimalkan upaya proses pembinaan dengan pemikiran bahwasannya proses pembinaan yang mereka jalankan tidak menimbulkan permasalahan serius dan dianggap sudah berjalan dengan baik