Pengaruh Faktor Financial Dan Non-Financial Terhadap Pengungkapan Sustainability Report (Sr) (Studi Pada Perusahaan-Perusahaan Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2008 - 2010)

Perusahaan yang ada di setiap negara berlomba-lomba untuk menjalankan bisnisnya sebaik mungkin guna meraih keuntungan. Hal tersebut dilakukan demi kelangsungan usaha, sehingga perusahaan bisa melakukan ekspansi. Dalam prakteknya, kelangsungan usaha sangat ditentukan oleh berbagai risiko dan beragam peluang yang tercipta dari kondisi sosial, lingkungan, maupun ekonomi terkini (Dale, 2010). Terlebih lagi dengan kemajuan teknologi saat ini, risiko dan peluang itu berkembang begitu cepat (Dale, 2010). Hal ini semakin menantang dunia usaha untuk siap dengan berbagai risiko dan peluang agar perusahaan tetap bisa mencetak laba dan menjalankan kegiatan manajemen secara seimbang. Di saat seperti inilah perusahaan membutuhkan pemikiran yang kreatif dan non-konvensional. Hal ini berarti mencari cara yang belum terpikirkan sebelumnya untuk mengurangi biaya serta memperoleh posisi di pasar yang dapat membedakan perusahaan dari para pesaingnya. Oleh karena itu, perhatian perusahaan terhadap sustainability atau keberlanjutan ini semakin meningkat. Sustainability reporting sebagaimana yang direkomendasikan oleh Global Reporting Initiative (GRI) terfokus pada tiga aspek kinerja yaitu ekonomi (economic), lingkungan (environmental), dan sosial (social) yang dikenal dengan Triple Bottom Line. Terlihat jelas bahwa keinginan perusahaan yang tak hanya menjadi “economic animal”, tapi juga entitas yang “socially and environmetally responsible.” Di Indonesia, sustainability report diharapkan mempunyai peran yang cukup besar untuk meningkatkan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Adanya harapan ini terbukti dengan adanya dukungan dari pemerintah terhadap implementasi pengungkapan sustainability report (SR). Implementasi pelaporan berkelanjutan di Indonesia didukung oleh sejumlah aturan seperti Pasal 66 Ayat 2 Undang-Undang No.40/ 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan adanya pelaporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perseroan terbatas di Indonesia. Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA) yang diselenggarakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI-KAM) mulai tahun 2005 merupakan sebuah penghargaan yang ditujukan bagi perusahaan yang telah menerapkan Sustainability Report (SR) yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan reputasi perusahaan-perusahaan pemenang award karena perusahaan-perusahaan tersebut terbukti telah melaksanakan pelaporan keuangan yang memperhatikan aspek social, ethical, environmental (SEE) dengan baik. Hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan investor, dan minat berinvestasi pada perusahaan-perusahaan peraih penghargaan. Pengungkapan SR di Indonesia masih bersifat voluntary, artinya tidak ada aturan yang mewajibkan seperti halnya pada penerbitan financial reporting. Jumlah perusahaan yang mengungkapkan SR di Indonesia memang masih sedikit namun menunjukkan adanya peningkatan jumlah yang positif dari tahun ke tahun, terlebih lagi setelah adanya ISRA. Terdapat dua motivasi yang mendasari perusahaaan dalam mengungkapkan aktivitas sosial dan lingkungannya, yaitu untuk mendapatkan legitimasi dari publik dan meningkatkan hubungan yang baik dengan para stakeholder. Hal ini dilakukan oleh perusahaan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Peningkatan jumlah sustainability report ini terjadi di Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini yang dapat dilihat dari jumlah peserta atau perusahaan yang menerbitkan sustainability report ini mengalami kenaikan yang positif dari tahun ke tahun. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah perusahaan yang menjadi peserta ISRA pada tahun 2005 hanya 2 perusahaan dan menjadi 34 perusahaan di tahun 201