Integrasi Zakat Profesi dan Pajak Penghasilan dalam Perekonomian sebagai Solusi Pengentasan Kemiskinan Di Indonesia.

Kemiskinan menjadi momok yang menakutkan bagi seluruh bangsa di dunia. Semua kebijakan, dalam bidang ekonomi sampai agama akan mental jika dihadapkan dengan realitas kemiskinan. Sebuah negara dikatakan maju salah satu indikatornya adalah pendapatan per kapita, yang mengandung unsur pendapatan penduduk. Apabila sebuah negara memiliki pendapatan per kapita yang rendah maka bisa disimpulkan bahwa pendapatan rata-rata penduduknya rendah. Pendapatan rendah, bisa diakibatkan oleh banyaknya jumlah tenaga kerja yang tidak mampu terserap oleh perusahaan. Ketika dia tidak bekerja atau kalaupun dia bekerja, gaji yang dia terima tidak mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dia digolongkan sebagai orang yang hidup di bawah garis kemiskinan. Zakat profesi merupakan salah satu bentuk zakat dalam era modern ini, ia adalah kewajiban seorang muslim terhadap agamanya. Kewajiban berzakat mengindikasikan adanya keseimbangan dalam agama Islam. Keseimbangan disini berarti bahwa Islam mengakui bahwa kaya dan miskin adalah sebuah keniscayaan, sehingga derajat keimanan sesorang tidak diukur berdasarkan seberapa banyak harta yang dia miliki, tetapi dari seberapa takwa dia dihadapan Allah. Wujud takwa orang yang kaya adalah menunaikan rukun Islam sebagai lima pilar agama Islam yang salah satunya adalah kewajiban menunaikan zakat yang juga bisa digunakan untuk mengangkat derajat orang yang miskin. Sama seperti zakat profesi, pajak penghasilan juga merupakan sebuah kewajiban, zakat merupakan kewajiban muslim terhadap agamanya, sedangkan pajak adalah kewajiban warga negara terhadap negara. Perbedaan perlakuan terhadap kewajiban ini menyebabkan ketimpangan dalam penerimaan zakat dan pajak. Padahal, apabila kedua kewajiban ini diintegrasikan akan mampu mengentaskan kemiskinan yang selama ini diselesaikan dengan melakukan pinjaman luar negeri