Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual Dan Budaya Organisasi Terhadap Perilaku Etis Auditor Pada Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Kantor Akuntan Publik Wilayah Jawa Timur)

Masalah perilaku etis dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) telah menjadi perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Oleh karena itu, penelitian ini mengkombinasikan faktor individual berupa kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan faktor eksternal berupa budaya organisasi untuk menjelaskan bagaimana ketiga variabel tersebut berpengaruh terhadap perilaku etis auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP). Secara berurutan pengukuran kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan budaya organisasi menggunakan instrumen kuesioner yang diadopsi dari Goleman (2005), Zohar dan Marhall (2002), Robbins (2006), sedangkan untuk pengukuran perilaku etis auditor menggunakan instrumen yang diadopsi dari Arens, Loebbecke (1986). Populasi dalam penelitian ini adalah auditor yang berada di wilayah Jawa Timur dan terdaftar dalam Direktorat Akuntan Publik 2009 yaitu sejumlah 49 KAP. Pengambilan sampel secara acak dengan menyebar 100 kuesioner dimana kuesioner yang kembali sejumlah 73 kusioner, tetapi hanya 71 kuesioner saja yang dapat digunakan dan dianalisis. Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa ketiga variabel yang terdiri dari kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual dan budaya organisasi mampu menjelaskan perilaku etis auditor yaitu sebesar 53,8% dan sisanya 46,2% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian. Berdasarkan hasil uji t, kecerdasan spiritual dan budaya organisasi berpengaruh signifikan, sedangkan kecerdasan emosional tidak mampu menjelaskan pengaruhnya secara signifikan terhadap perilaku etis auditor. Pada masa yang akan datang penelitian ini diharapkan mampu mencakup area yang lebih luas lagi dan masih memungkinnya digunakan instrumen lain untuk mendapatkan pengaruh variabel bebas terhadap perilaku etis auditor. Secara umum penelitian ini mengharapkan terciptanya perilaku etis auditor secara lebih baik dan lebih dari itu menjadikan profesi audit sebagai pilar integritas