Resistensi Masyarakat Lokal Terhadap Pengadaan Perusahaan Tambang Emas Oleh Pemerintah Di Gunung Tumpangpitu Desa Sumberagung Kabupaten Banyuwangi

Kesejahteraan rakyat merupakan tujuan utama yang ingin dicapai Bangsa Indonesia, baik melalui pembentukan Indonesia sebagai Negara merdeka (independent state) maupun serangkaian proses kebijakan pembangunan. Sampai saat ini penguasaan dan penerapan iptek serta industrialisasi secara eksplisit kerap digaungkan sebagai pondasi utama pembangunan. Namun betapa pentingkah itu? Pembangunan bukanlah pilihan yang mudah untuk dilaksanakan. Bukan karena infrasturktur atau teknik untuk industrialisasi yang belum tersedia, melainkan konsekuensi-konsekuensi perubahan sosial yang selanjutnya terjadi. Pada satu sisi dibutuhkan syarat-syarat tertentu dari masyarakat untuk berpartisipasi dalam industriliasasi. Sementara itu pada sisi lainya masyarakat sudah memiliki pranata-pranata sosial tertentu dalam memandang dan menghadapi hidup (budaya) yang tidak dapat serta-merta diabaikan. Sikap resistensi kemudian muncul ketika terjadi benturan nilai dan kepentingan dalam dua aspek tersebut. Resistensi yang berbentuk kekhawatirkan masyarakal lokal terhadap industrialisasi yang dapat menganggu kehidupan sosial sebelumnya, menjadi perwujudan atas proses reduksi pengetahuan (anti kekuasaan). Penelitian ini mengunakan paradigma critical ethnography yaitu, eksplorasi bagaimana pengaruh kekuasaan atau kekuatan di suatu masyarakat. Perlu digaris bawahi bahwa tulisan dibuat bukan untuk mencari siapa yang benar atau hujatan kepada Pemerintah. Melainkan sebagai upaya memahami penalaran dibalik rencana-rencana perbaikan yang harapnya memberikan gambaran untuk perencanaan solusi atau pilihan alternatif. Menggantikan praktik-praktik institusi politik-ekonomi, yang membatasi makna dan mengaburkan identitas dan hak-hak masyarakat lokal