Kekuatan Mitos Sebagai Alat Perlawanan Paguyuban Buyut Cungking Terhadap Tawaran-tawaran Perubahan Sosial.

Mitos Buyut Cungking begitu melekat pada masyarakat Cungking di Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi dan sekitarnya. Masyarakat tersebut memiliki banyak tradisi yang berkaitan dengan mitos Buyut Cungking, sepertisifat andap asor yang harus diteladani, ritual nyapu, ritual numpeng, dan ritual resik kagungan. Ritual dan tradisi di Cungking sempat mendapat upaya perubahan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi, yaitu ritaul di Cungking akan dijadikan ikon pariwisata budaya Banyuwangi. Selain upaya perubahan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Banyuwangi, ada pula intervensi yang dilakukan oleh mantan Lurah Mojopanggung, yaitu memindahkan lokasi ritual lontar yusup dan upaya untuk meniadakan ritual dan tradisi di Cungking, dengan alasan karena ritual dan tradisi tersebut tidak sesuai dengan ajaran Agama Islam.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode etnografi, untuk mendeskripsikan temuan lapangan yang sesuai dengan kebudayaan masyarakat setempat. Hasil dari penelitian ini menunjukan, meskipun ada perubahan dari Dinas Kebudayan dan Pariwisata Banyuwangi dan mantan lurah, viii tidak lantas membuat masyarakat dan Paguyuban Buyut Cungking berdiam diri melainkan mereka melawan perubahan tersebut. Perlawanan yang mereka lakukan bukan perlawanan yang bersifat terbuka melainkan perlawanan yang bersifat tertutup. Nilai andapasor diterapkan menjadi aturan sekaligus alat untuk mengantisipasi dan menolak adanya perubahan. Tindakan dari masyarakat Cungking tersebut merupakan bentuk resistensi menggunakan mitos terhadap perubahan sosial