Kaidah Pembentukan Struktur Kata dalam Ragam Bahasa Gay di Kota Malang.

Kelompok gay merupakan kelompok minoritas yang memiliki identitas unik. Bahasa merupakan salah satu identitas yang menempel pada kelompok gay. Bahasa yang digunakan oleh komunitas gay merupakan sebuah kajian sosiolinguistik yang berfokus pada bahasa dan gender. Bahasa dan gender memiliki beberapa aspek yang mendukung meliputi usia, profesi, pendidikan, relasi sosial, orientasi seks, dan latar belakang penutur. Penelitian dan pengambilan data dilakukan di kantor yayasan IGAMA dan di Alun-alun kota Malang yang merupakan tempat berkumpul dari komunitas gay. Pengambilan data yang pertama dilakukan dengan tahap simak, cakap, dan libat. Proses kedua dengan cara merekam percakapan anggota komunitas yang berkumpul. Proses ketiga, melalui wawancara terbuka kepada staf yayasan IGAMA sejumlah 22 orang. Data yang diperoleh sebanyak 47 data. Data tersebut dianalisis sesuai dengan penelitian terdahulu meliputi penelitian dari Dede Oetomo dan Asih Anggraini dan didukung oleh beberapa kajian teori morfologi meliputi reduplikasi, struktur kata, kelas kata, morfofonemis, serta adanya penciptaan makna baru yang dianalisis berdasarkan teori semantik. Bahasa gay di Kota Malang terbagi menjadi sepuluh kaidah pola antara lain, (1) kaidah pola „si‟ dalam bahasa Indonesia yang terbagi lagi menjadi tiga bagian, (2) kaidah pola „si‟ dalam bahasa Jawa yang terbagi lagi menjadi tiga bagian, (3) kaidah pola „e-ong‟ dalam bahasa Indonesia yang terbagi lagi menjadi tiga bagian, (4) kaidah pola „e-es‟ dalam bahasa Indonesia yang terbagi lagi menjadi dua bagian, (5) kaidah pola „e-es‟ dalam bahasa Jawa yang terdiri dari satu bagian, (6) kaidah pola „sek‟ dalam bahasa Indonesia yang terbagi lagi menjadi dua bagian, (7) kaidah pola „sek‟ dalam bahasa Jawa yang terdiri dari satu bagian, (8) kaidah pola „in‟ dalam bahasa Indonesia, (9) kaidah pola „in‟ dalam bahasa Jawa, dan (10) kaidah pola „ita‟ dalam bahasa Indonesia