Language Learning Strategy Of An Autistic Student In The Third Year Of Smp Brawijaya Smart School Malang

Penelitian ini berfokus pada analisis strategi pembelajaran bahasa seorang siswa autis pada tahun ketiga SMP Brawijaya Smart School. Strategi pembelajaran bahasa adalah studi tentang strategi untuk pembelajaran dan strategi untuk digunakan, termasuk strategi komunikasi atau perangkat untuk mengkompensasi sumber daya yang tidak memadai sebagai manifestasi yang sangat berbeda dari fenomena yang lebih umum yang disebut strategi pelajar. Strategi pembelajaran bahasa dapat diterapkan untuk pembelajar bahasa kedua. Dalam penelitian ini, penulis bermaksud untuk menganalisis strategi pembelajaran bahasa yang diterapkan oleh seorang siswa autis. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui, (1) jenis strategi pembelajaran bahasa yang digunakan oleh seorang siswa autis. (2) Strategi pembelajaran bahasa yang paling dominan yang digunakan dari seorang siswa autis. Penulis menggunakan teori Oxford dalam menganalisis data. Penelitian ini adalah studi kualitatif karena penulis menganalisis kategori strategi pembelajaran bahasa yang diterapkan oleh siswa autis. Data penelitian ini diambil dari kuesioner ambang untuk siswa dan wawancara dengan guru-guru Inggris SMP Brawijaya Smart School. Dalam penelitian ini, penulis mengetahui bahwa penggunaan strategi pembelajaran bahasa untuk siswa autis jatuh ke tingkat menengah. Secara khusus, kategori strategi pembelajaran bahasa yang paling dominan adalah strategi memori, kemudian diikuti oleh strategi kognitif, kompensasi, metakognitif, afektif, dan sosial. Penulis juga mengetahui bahwa keuntungan dari kategori tertentu dalam strategi pembelajaran bahasa dapat mengembangkan pemahaman tata bahasa dan pengayaan kosakata berdasarkan teori Oxford. Penulis menyarankan bahwa peneliti berikutnya yang akan mengambil studi serupa mereka dapat melakukan penelitian yang lebih intensif dan lebih dalam tentang penerapan berbagai jenis strategi pembelajaran bahasa yang digunakan oleh siswa autis. Peneliti juga menyarankan bahwa mereka dapat menggunakan lebih banyak siswa yang berasal dari gangguan spektrum autisme sebagai peserta karena jika hanya menggunakan satu subjek penelitian yang kadang-kadang tidak membuktikan kekuatan penelitian data