Studi Analisis Komposisi Lambung Ikan Tuna (Thunnus Sp.) Di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan (Upt P2skp) Pondokdadap Sendangbiru Kabupaten Malang Jawa Timur

Perikanan Tuna Cakalang Tongkol (TCT) merupakan komoditas penting di wilayah Indonesia. Penyebaran spesies TCT di Indonesia cukup luas meliputi perairan wilayah Samudera Hindia di utara Aceh, barat Sumatera dan selatan Jawa; Laut Banda, Laut Maluku, Laut Flores, Laut Sulawesi, Laut Halmahera, utara Sulawesi, Teluk Tomini, Teluk Cendrawasih, dan Laut Arafura. Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan dan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan (UPT P2SKP) Pondokdadap, Sendang Biru, Kabupaten Malang, merupakan salah satu pusat pendaratan ikan wilayah Samudera Hindia khususnya Jawa Timur. Posisi UPT P2SKP Sendang Biru yang strategis dimana terlindung oleh pulau Sempu sebagai penghadang ombak alami (natural breakwater) yang menjadikan kapal-kapal yang bersandar memiliki tingkat keamanan tinggi dari pengaruh gelombang besar laut selatan. Komposisi ikan pada wilayah tersebut meliputi ikan pelagis besar (jenis tuna, cakalang dan tongkol), pelagis kecil (layang (Decapterus spp.), kembung (Rastrelliger sp), banyar (Auxis thazard) dan lemuru (Sardinella lemuru)) dan ikan karang (kuwe (Caranx spp.), kerapu (Epinephelus spp.), kakap (Lutjanus spp.), dan kakatua (Scarus spp.)). Metode yang digunakan dalam penelitian tentang komposisi lambung ikan tuna (Thunnus sp.) adalah metode deskriptif analasisis kuantitatif berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi atau pengamatan selama penelitian. Metode ini menggambarkan jenis komposisi isi lambung ikan tuna, dan mengetahui makanan utama dari ikan tuna yang di daratkan di UPT P2SKP Pondok Dadap Sendang Biru dan kemudian dianalisis dengan metode Frekuensi Kejadian dan Volumetrik. Ikan tuna yang didaratkan di TPI berukuran beragam, dari berat 220 gram hingga berat 6 kg yang biasanya disebut dengan Baby Tuna. Karena ikan tuna yang berukuran >6 kg, sudah di bedah diatas kapal setelah proses penangkapan berlangsung dan langsung dimasukkan ke dalam tempat pembeku dengan tujuan menjaga kualitas ikan. Karena ikan tuna dengan ukuran yang lebih besar menjadi komoditas utama ekspor. Dalam Penelitian ini digunakan sebanyak 30 ekor ikan Tuna sebagai sampel. Dari jumlah tersebut, terdapat 23 ekor ikan dengan lambung berisi dan 7 lambung lainnya kosong. 7 lambung kosong merupakan lambung ikan dengan nilai FL 25.7 cm, 26 cm, 35.8 cm, 32.8 cm, 29 cm, 22.5 cm, 23.5 cm. Banyaknya temuan lambung ikan yang kosong saat penelitian diduga karena makanan dalam lambung ikan telah tercerna. Total berat lambung ikan tuna yang telah di bedah dan diteliti adalah seberat 286.9 gram dengan jumlah lambung sebanyak 30 buah dan rata - rata berat ikan tuna yang telah di teliti adalah seberat 11512 gram. Hasil yang telah di peroleh dari penelitian menggunakan metode gravimetri atau dengan menggunakan berat isi lambung untuk crustacea seberat 84.3 gram, scrombidae seberat 109.8 gram dan keduanya adalah seberat 62.7 gram. Data isi lambung ikan tuna yang di peroleh dengan metode Frekuensi Kejadian adalah 43.48% ikan, 35.78% udang, dan 21.74% udang dan ikan