Perbedaan Suhu Dan Lama Waktu Pengeringan Terhadap Aktivitas Antioksidan Daun Mangrove Nipah (Nypa Fruticans)

Tumbuhan mangrove mempunyai banyak sekali manfaat, tidak hanya dari segi ekologi namun bahan mentah dari mangrove mengandung beberapa senyawa bioaktif yang memiliki sifat obat dan dapat dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Oleh karena itu, Berbagai bahan alam asli Indonesia sebagai antioksidan diperlukan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan biaya yang relatif terjangkau. Antioksidan sintetis yang diproduksi secara reaksi kimia dianggap kurang aman dan dapat meningkatkan terjadinya karsinogenesis, sehingga penggunaan antioksidan alami mengalami peningkatan dan dipandang lebih aman karena diperoleh dari ekstrak bahan alami. Antioksidan alami dapat diperoleh dari berbagai sumber, salah satunya adalah tumbuhan mangrove jenis Nypa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perlakuan suhu dan lama waktu pengeringan terhadap aktivitas antioksidan ekstrak daun mangrove nipah (Nypa fruticans) dan untuk mengetahui suhu dan lama waktu pengeringan optimal yang menghasilkan aktivitas antioksidan tertinggi pada ekstrak daun Nypa fruticans. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Perekayasaan Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang pada bulan Februari hingga Mei 2017. Penelitian ini dilakukan dibagi menjadi dua yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan meliputi preparasi bahan, ekstraksi, perhitungan rendemen, uji fitokimia, dan uji toksisitas. Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian pendahuluan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 6 ulangan. Pada penelitian utama meliputi uji kadar air, uji aktivitas antioksidan, uji total fenol, dan uji LC-MS. Pada penelitian utama menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial, dengan 2 faktor yang berbeda yaitu suhu dan lama waktu pengeringan. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan ANOVA (Analysis of Variance) untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap respon parameter yang dilakukan, dengan uji F pada taraf 5% dan jika didapatkan hasil yang berbeda nyata maka dilakukan uji Tukey pada taraf 5%. Hasil penelitian ini didapatkan nilai rendemen tertinggi pada ekstrak pelarut metanol yaitu 8,34% dan terendah pada pelarut n-heksan 3,00%, sedangkan pada pelarut etil asetat didapatkan nilai rendemen 3,70%. Pada uji fitokimia pada pelarut n-heksan mengandung senyawa triterpenoid, pada pelarut etil asetat mengandung flavonoid, tanin, dan triterpenoid, pada pelarut metanol mengandung flavonoid, tanin, triterpenoid, dan saponin. Pada uji toksisitas didapatkan nilai LC50 tertinggi yaitu pada pelarut n-heksan dengan nilai 1187,81ppm dan terendah pada pelarut metanol dengan nilai 670,25 ppm, sedangkan pelarut etil asetat nilai LC50 sebesar 831,42 ppm. ix Hasil uji kadar air didapatkan kadar air tertinggi pada perlakuan (40ºC/24jam) sebesar 12,44%, dan terendah pada perlakuan (60ºC/48jam) sebesar 5,33%. Pada hasil uji aktivitas antioksidan nilai IC50 tertinggi pada perlakuan (40ºC/24jam) sebesar 212,62 ppm dan terendah pada perlakuan (50ºC/48jam) sebesar 111,06 ppm. Hasil uji total fenol didapatkan nilai total fenol tertinggi pada perlakuan (50ºC/48jam) sebesar 301,78 (mg GAE/100g). Sedangkan nilai terendah pada perlakuan (60ºC/24jam) sebesar 250,48 (mg GAE/100g). Hasil uji LC-MS teridentifikasi mengandung senyawa nicotiflorin dan quercitrin