Analisis Struktur Pasar Benih Padi Di Kabupaten Trenggalek

Pangan merupakan salah satu isu sosial ekonomi pertanian yang strategis dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi dan kesejahteraan masyarakat, salah satu target yang akan dicapai yaitu melalui program swasembada beras adalah dengan cara meningkatkan produktivitas dan perbaikan kualitas hasil pertanian. Upaya yang dilakukan untuk mewujudkan program swasembada beras salah satunya dengan penggunaan varietas benih bermutu. Penggunaan benih bermutu merupakan salah satu penunjang pada sektor pertanian yang sangat berpengaruh terhadap produktivitas. Sentra penghasil padi yang dapat menghasilkan beras terbesar adalah Provinsi Jawa Timur. Melalui program intensifikasi, Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu daerah penghasil padi di Jawa Timur. Terbukti pada tahun 2015 produksi padi mengalami peningkatan sebesar 185.484 ton, dibandingkan produksi pada tahun 2014 sebesar 169.560 ton (BPS Kabupaten Trengalek, 2015). Saat ini ketersediaan benih padi di Kabupaten Trenggalek didukung oleh 8 produsen benih yang bersertifikat. Benih padi yang beredar di Kabupaten Trenggalek tidak hanya berasal dari dalam kabupaten saja, tetapi juga berasal dari luar Kabupaten Trenggalek seperti Jombang, Ponorogo, Madiun, Blitar dan Boyolali. Keadaan ini dipengaruhi oleh selera konsumen, petani lebih fanatik dengan benih padi yang berasal dari Boyolali karena menganggap benih tersebut memiliki kualitas yang lebih baik. Penelitian mengenai analisis struktur pasar benih padi bertujuan untuk menganalisis konsentrasi pasar benih padi di Kabupaten Trenggalek, menganalisis adanya diferensiasi produk benih padi di Kabupaten Trenggalek, menganalisis hambatan masuk dan keluar pasar benih padi di Kabupaten Trenggalek, dan menganalisis pengetahuan pasar benih padi di Kabupaten Trenggalek. Metode penentuan lokasi dilakukan secara purposive dengan mempertimbangkan bahwa terjadi peningkatan produksi padi yang cenderung konsisten yaitu pada tahun 2014 sebesar 169.560 ton, dan meningkat sebesar 185.484 ton pada tahun 2015 (BPS, 2015). Metode penentuan responden produsen benih padi menggunakan metode sensus, sedangkan metode penentuan responden lembaga pemasaran menggunakan snowball sampling dengan key informant adalah produsen benih padi. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dan dokumentasi pengambilan data sekunder. Penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif untuk menganalisis konsentrasi pasar dengan alat analisis market share, CR4, IHH (Indeks Herfindahl Hirschman), IR (Indeks Ronsenbluth), dan IE (Indeks Entropi), serta menggunakan analisis statistik deskriptif untuk menganalisis diferensiasi produk, hambatan masuk dan keluar pasar, dan pengetahuan pasar. Hasil perhitungan konsentrasi pasar pada produsen lokal dengan menggunakan market share sebesar 76,02% dan perhitungan CR4 sebesar 0,76, yang artinya menunjukkan bahwa struktur pasar benih padi di Kabupaten Trenggalek termasuk pasar oligopoli ketat. Nilai perhitungan IHH didapatkan ii hasil 0,19 yang menunjukkan struktur pasar oligopoli. Hasil perhitungan IR diperoleh hasil 0,14 menunjukkan struktur pasar yang terjadi adalah persaingan sempurna, dan pada perhitungan IE dengan hasil sebesar 0,78 yang menunjukkan struktur pasar oligopoli. Sedangkan hasil perhitungan pada produsen yang berada di luar Kabupaten Trenggalek menunjukkan mahwa perhitungan menggunakan 5 alat analisis menunjukkan hasil yang sama yaitu nilai market share sebesar 75,14% dan perhitungan CR4 sebesar 0,75 menunjukkan struktur pasar oligopoli ketat. Perhitungan IHH sebesar 0,19 menunjukkan struktur pasar oligopoli, sedangkan pada perhitungan IR menunjukkan hasil yang berbeda yaitu persaingan sempurna karena memiliki hasil sebesar 0,14. Terakhir adalah nilai perhitungan dari IE, yaitu sebesar 0,86 yang berarti struktur pasar yang terbentuk adalah oligopoli. Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui perhitungan konsentrasi pasar diketahui bahwa struktur pasar benih padi di Kabupaten Trenggalek adalah oligopoli. Hasil dari analisis diferensiasi produk didapatkan bahwa terjadi diferensiasi berdasarkan varietas benih padi di Kabupaten Trenggalek. Varietas benih tersebut adalah Ciherang, Logawa, Inpari 30, Inpari 33, IPB 4, IPB 6, IR 64, Situbagendit, Mekongga, Inpari 4, Inpari 6, Bestari, Cibogo, Way Apo Buru, Cigelis, Membramo, Sri Putih, Sentani, Inpari 30 Ciherang Sub 1. Banyaknya varietas yang diproduksi merupakan produk pengganti yang baik, sehingga apabila terjadi kekurangan stok pada varietas tertentu maka dapat diganti dengan varietas yang lain. Serta ditemukan bahwa semua produsen memiliki merek yang berbeda, tetapi tidak terjadi differensiasi merek pada masing–masing produsen benih padi, karena produsen hanya memiliki satu merek saja. Terdapat dua ukuran kemasan yang digunakan yaitu 5 kg dan 10 kg, tetapi tidak terjadi diferensiasi ukuran kemasan, karena benih padi yang dipasarkan di Kabupaten Trenggalek hanya berukuran 5 kg saja. Berbeda dengan ukuran kemasan, ditemukan terdapat 2 jenis kemasan tang beredar di Kabupaten Trenggalek yaitu kemasan premium dan kemasan biasa. Kelas benih yang paling banyak beredar di Kabupaten Trenggalek adalah kelas SS. Hal ini dilihat dari produsen benih padi yang memproduksi kelas benih SS sebanyak 8 produsen, tetapi terdapat 1 produsen yang memproduksi kelas FS dan hanya 1 produsen yang memproduksi kelas ES. Sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur pasar benih padi di Kabupaten Trenggalek dilihat dari diferensiasi produk mengarah pada pasar oligopoli. Berdasarkan konsep hambatan masuk dan keluar pasar didapatkan bahwa pesaing potensial sebagai hambatan yang cukup besar bagi produsen. Terdapat 7 produsen menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi adalah pesaing potensial. Pesaing potensial yang dimaksudkan adalah produsen benih yang memiliki volume produksi dan penjualan yang besar, karena produsen tersebut dapat memainkan harga lebih rendah dibandingkan dengan produsen lokal, seperti pada produsen yang berasal dari Boyolali. Berbeda dengan pesaing potensial, modal teknis juga sebagai hambatan masuk pasar yang besar bagi produsen baru seperti kelompok tani. Modal yang dimaksud berupa kapasitas gudang yang kurang memadai, lantai jemur, dan mesin seed cleaner. Selain hambatan masuk juga terdapat hambatan keluar pasar yang dialami produsen yaitu kebijakan pemerintah berupa subsidi benih langsung kepada petani membuat produsen mengalami kendala dalam pemasaran benih padi. Kondisi tersebut membuat produsen mengalami penurunan volume penjualan sebesar 50%. Berdasarkan iii hambatan masuk dan keluar pasar, struktur pasar benih padi di Kabupaten Trenggalek mengarah pada struktur pasar oligopoli. Terakhir merupakan konsep pengetahuan pasar, konsep ini dilihat dari informasi lokasi benih sumber, harga benih sumber, lokasi pemasaran, dan harga jual benih. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa informasi yang dimiliki keseluruhan produsen berbeda–beda dan tidak merata. Semakin besar skala usaha yang dijalankan memiliki informasi yang lebih beragam. UD memiliki informasi yang lebih sempurna dibandingkan unit usaha lainnya yang memiliki informasi terbatas, hal ini karena UD telah menjalin kerjasama terhadap petani mitra maupun kerjasama dalam pemasaran sehingga informasi yang diperoleh luas. Berdasarkan konsep pengetahuan pasar, maka dapat disimpulkan bahwa struktur pasar benih padi di Kabupaten Trenggalek mengarah pada struktur pasar oligopoli. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan struktur pasar benih padi di Kabupaten Trenggalek mengarah pasar oligopoli independensi, karena produsen benih padi di Kabupaten Trenggalek tidak dapat meng harga jual benih padi secara bebas, masing-masing produsen melakukan kesepakatan dalam menentukan harga jual dengan produsen lainnya. Struktur pasar oligopoli ini didasarkan pada hasil penelitian analisis konsentrasi pasar yang menyatakan bahwa struktur pasar lebih dominan oligopoli. Adanya diferensiasi produk pada benih padi merupakan produk pengganti yang baik, sehingga apabila terjadi kekurangan stok benih padi jenis tertentu dapat digantikan dengan stok benih yang lainnya. Terdapat perbedaan produk berupa varietas, kelas benih, dan jenis kemasan. Terdapat hambatan yang relatif besar berupa modal teknis, peraturan pemerintah, dan pesaing potensial. Diketahui bahwa informasi yang diperoleh setiap unit usaha berbeda, UD memiliki informasi yang lengkap dibandingan unit usaha lainnya. Saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu, memperbaiki kualitas benih padi yang diproduksi, melakukan mitra dengan petani atau perusahaan yang dapat menyediakan modal teknis agar modal teknis tidak menjadi kendala lagi bagi produsen, perlu mengaktifkan kembali Himpunan Produsen Penangkar Benih dengan melakukan berbagai kegiatan sebagai wadah perkumpulan anggota produsen benih padi di Kabupaten Trenggalek, perlu adanya kebijakan pemerintah dengan melakukan sosialisasi terhadap benih padi yang berasal dari Kabupaten Trenggalek melalu penyuluhan kepada kelompok tani. Sehingga, akan membuat secara tidak langsung dapat menekan peredaran benih padi yang berasal dari luar Kabupaten Trenggalek, dan perlu adanya perluasan data yang diteliti