Keberlanjutan Kawasan Rumah Pangan Lestari (Krpl) Di Kota Malang (Studi Kasus Pada 11 Kelurahan)

Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) merupakan konsep lingkungan perumahan penduduk yang mengusahakan pekarangannya secara bersama-sama dan intensif (Permentan No. 18/2015). KRPL memiliki manfaat untuk memudahkan akses pangan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga. Program KRPL dirancang untuk meningkatkan jumlah partisipasi wanita dalam penyediaan pangan keluarga yang Beragam, Bergizi Seimbang, dan Aman (B2SA). Dari 38 kabupaten/kota di Jawa Timur jumlah KRPL mencapai 688 kawasan. Keberhasilan program pemerintah didapatkan dengan adanya dukungan dari masyarakat dan keikutsertaan masyarakat. Dalam Petunjuk Pelaksanaan KRPL, terdapat 7 pilar yang digunakan sebagai tolak ukur keberlanjutan pengembangan program KRPL yaitu infrastruktur, peran tokoh masyarakat (local champion), dukungan pemerintah, kelembagaan pasar, pilihan komoditas yang tepat dan rotasi tanaman, partisipasi aktif masyarakat, dan ketersediaan bibit dari Kebun Bibit Desa (KBD). Keberlanjutan program menentukan pencapaian yang didapatkan oleh setiap KRPL. Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya mengenai keberlanjutan dari program KRPL, pilar-pilar tersebut masih belum dibahas sebagai indikator yang dapat memenuhi dan sesuai dengan keberlanjutan program KRPL. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan pelaksanaan KRPL di Kota Malang 2) mendeskripsikan kondisi tujuh pilar keberlanjutan di Kota Malang 3) menganalisis keberlanjutan KRPL di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Penentuan lokasi penelitian dilakukan pada 15 lokasi yang melaksanakan program KRPL di Kota Malang dalam rentang tahun 2013 hingga tahun 2015. Penelitian dilakukan pada bulan Juni hingga Agustus 2017. Informan dalam penelitian adalah ketua KRPL, penanggungjawab KRPL dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, serta informan tambahan seperti anggota KRPL dan warga bukan anggota KRPL. Metode analisis yang digunakan adalah model Miles, Huberman, dan Saldana. Keabsahan data pada penelitian, menggunakan triangulasi data. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program KRPL di Kota Malang dari tahun ke tahun mengalami penurunan partisipasi dan jumlah unit KRPL. Program KRPL belum berkembang secara merata di setiap kawasan. Berdasarkan tujuh pilar indiKator keberlanjutan KRPL, terdapat lima pilar yang kurang optimal di Kota Malang. Pilar tersebut adalah dukungan pemerintah daerah, partisipasi aktif masyarakat, peran tokoh masyarakat, pilihan komoditasn dan rotasi tanaman serta kelembagaan pasar. Keberlanjutan KRPL di Kota Malang dapat dikatakan belum berkelanjutan. Berdasarkan penelitian, keberlanjutan KRPL di Kota Malang dapat dikategorikan menjadi tidak berlanjut dan berlanjut. Dalam kategori tidak berlanjut terdapat dua kategori lain didalamnya, yaitu mati dengan indikator bahwa KRPL tidak melaksanakan dan tidak berkegiatan terkait KRPL. Kategori lainnya dari tidak berlanjut adalah mati suri, dimana KRPL secara formal yaitu anggota KRPL masih ada, sisa dari ii pelaksanaan KRPL masih ada, dan kegiatan KRPL masih berlangsung walaupun tidak optimal. Dari kedua kategori keberlanjutan terdapat 72,72% KRPL tidak berlanjut dengan 18,18% KRPL mati, dan 54,54% mati suri, sedangkan 27,28% KRPL berlanjut