Tingkat Intensi Petani Terhadap Penggunaan Teknologi Irigasi Dalam Konservasi Pertanian Di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur

Perubahan iklim dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak stabil yang menyebabkan curah hujan yang tidak menentu mengakibatkan penurunan produksi pada sektor pertanian. Penurunan hasil panen akan menyebabkan pendapatan para petani. Perubahan pola hujan sudah terjadi sejak beberapa decade terakhir di beberapa wilayah di Indonesia, seperti pergeseran awal musim hujan dan perubahan pola curah hujan. Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian diperlukan arah dan strategi antisipasi dan penyiapan program aksi adaptasi dengan dukungan teknologi pertanian konservasi. Tujuan adanya teknologi ini untuk diadopsi, sehingga penyebaran informasi mengenai inovasi yang ada melalui sebuah proses. Oleh karena itu, untuk mengadopsi teknologi pertaian konservasi diperlukan suatu niat (intention) dan keyakinan (self efficacy) seseorang untuk memilih melakukan atau tidak melakukannya. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana petani memiliki sikap positif dalam menerapkan teknologi pertanian konservasi. Dengan adanya keyakinan tersebut petani dapat mengadopsi teknologi pertanian konservasi sebagai alternative dalam mengatasi kekeringan pada musim kemarau. Kecukupan air pada musim kemarau sangat mempengaruhi proses pertumbuhan tanaman, seperti pada tanaman hortikultura. Oleh karena itu, diperlukan tingkat intensi petani dalam mengadopsi teknologi pertanian konservasi agar mampu mengatasi kekeringan pada musim kemarau. Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1) penelitian dilakukan pada tahap intensi saja dikarenakan untuk mengetahui seberapa yakin petani mengadopsi teknologi pertanian konservasi, 2) faktor pembentuk inetnsi berupa sikap (intention), norma subjektif (subjective norms), dan persepsi kontrol perilaku (perceived behavior control), dan 3) faktor pembentuk intensi lainnya dilihat dari efikasi diri (self efficacy) dan karakteristik sosial ekonomi responden. Tujuan penelitian ini yaitu, 1)Mendeskripsikan teknologi pertanian konservasi yang diterapkan oleh petani di Desa Sumber Brantas, 2) Menganalisis faktor-faktor (self efficacy, faktor-faktor intensi, dan karakteristik sosial ekonomi responden) yang mempengaruhi intensi petani dalam mengadopsi teknologi pertanian konservasi di Desa Sumber Branta, dan 3) Menganalisis tingkat intensi petani untuk mengadopsi teknologi pertanian konservasi di Desa Sumber Brantas. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey dengan pendekatan analisis kuantitatif didukung dengan pendekatan kualitatif. Penelitian dilaksanakan di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja pada bulan Juli sampai Agustus 2017. Pada penelitian ini, sampel yang diambil untuk dijadikan sampel menggunakan metode random sampling. Adapun penentuan sampel dengan menggunakan rumus slovin, dengan populasi 70 orang. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dengan vii bantuan kuisiner, observasi, pencacatan dan dokumentasi, Teknik analisis data dengan 2 metode yaitu uji kualitas data dan analisis data. Adapun uji kualitas data yaitu uji validitas dan reliabilitas, sedangkan analisis data meliputi deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini yaitu: 1) adanya hubungan positif antara niat petani dengan variabel faktor pembentuk intensi dengan persentase sebesar 78,23% termasuk dalam golongan tinggi. Dengan kata lain faktor pembentuk inensi berpengaruh sebesar persentase dari hasil uji korelasi Pearson, 2) terdapat hubungan positif juga antara variabel keyakinan diri (self efficacy) dengan tingkat intensi petani. Hal tersebut dapat dilihat dari uji korelasi dengan menggunakan SPSS16.0 menunjukkan bahwa keyakinan diri sangat mempengaruhi niat petani dalam mengadopsi teknologi pertanian konservasi. Adapun hadil persentase yang diperoleh dari hasil uji korelasi sebesar 94,76% termasuk juga dalam kategori tinggi, dan 3) intensi petani juga di pengaruhi oleh karakteristik responden, seperti karakteristik responden berdasarkan umur yang sangat berpengaruh terdapat pada usia 21-40 tahun dengan persentase 38%, karakteristik petani berdasarkan jenis kelamin yang sangat berpengaruh adalah laki-laki dengan persentase 100%, karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan yang banyak mempengaruhi tingkat intensi petani terdapat pada tingkat pendidikan SD dan SMP/sederajat dengan masing-masing persentase 31%, karakteristik responden berdasarkan penghasilan yang sangat mempengaruhi adopsi dalam menerapkan teknologi pertanian konservasi terdapat pada petani yang berpenghasilan sekitar 4,1 juta sampai 8 juta dengan persentase 45%, karakteristik responden berdasarkan pengalaman usahatani yang mempengaruhi tingkat intensi dalam menerapkan teknologi pertanian konservasi terdapat pada petani yang sudah lama berusahatani sekitar 10-20 tahun dengan persentase sebesar 36%, selain itu yang memepengaruhi tingkat intensi petani juga terdapat pada karakteristik responden berdasarkan total anggota keluarga, dan yang paling berpengaruh yaitu total anggota keluarga yang berjumlah 1-5 orang dengan persentase 98%, selanjutnya karakteristik responden berdasarkan luas lahan juga mempengaruhi intensi petani dengan luas lahan 0,1-1 Ha dengan persentase 62%, dan tingkat intensi juga dipengaruhi oleh pengetahuan petani tentang teknologi yang akan diaplikasikan, seperti di Desa Sumber Brantas teknologi yang dipakai menggunakan irigasi kincir air (sprinkle). Petani menerima dengan positif teknologi pertanian konservasi sebagai alat untuk mengatasi kekeringan pada lahan yang dibudidayakan oleh petani yang ada di Desa Sumber Brantas. Saran yang bias disampaikan yaitu: 1) Pemerintah dapat menambah fasilitas irigasi, supaya petani dapat memperoleh hasil saat musim kemarau guna kesejahteraan petani dan juga untuk memenuhi kebutuhan pangan Indonesia. Selain itu, petani juga dapat diberdayakan melalui pelatihan yang lebih optimal lagi mengenai teknologi pertanian konservasi yang cocok digunakan di daerah tersebut, dan 2) Petani diharapkan tidak hanya menerima informasi yang ada tetapi diharapkan juga untuk langsung mengaplikasikan dengan modal yang ada, sehingga petani memperoleh kreatifitas yang tinggi dalam penerapan teknologi pertanian konservasi