Literasi Informasi Hoax Di Media Sosial: (Mengungkap Pola Konsumsi Informasi Digital Terkait Fenomena Hoax Oleh Digital Natives Universitas Brawijaya)

Masifnya penyebaran informasi hoax di media sosial tidak bisa dilepaskan dari perkembangan media baru. User dituntut memiliki kemampuan literasi media untuk meminimalisir dampak buruk informasi hoax. Sayangnya masih banyak kalangan yang belum terliterasi. Digital natives dianggap sebagai kalangan yang paling canggih dan memahami media baru. Walau begitu, bukan berarti proses evaluasi informasi mereka lebih baik daripada generasi sebelumnya (digital immigrants). Penelitian ini kemudian bertujuan untuk memahami bagaimana pola konsumsi dan berbagi informasi digital kalangan mahasiswa yang memiliki kriteria sebagai digital natives sekaligus mengetahui bagaimana kemampuan literasi mereka terhadap informasi hoax di media sosial. Penelitian ini menggunakan metode fenomenologi, yaitu menggali pengalaman sadar informan ketika membagi informasi hoax tanpa sebelumnya mengetahui bahwa informasi yang dibagi adalah hoax. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun digital natives memiliki pengalaman yang cukup lama dengan media baru, mereka kurang memiliki kemampuan literasi media baru sehingga tidak dapat mengidentifikasi informasi hoax di media sosial. Digital natives memiliki pola konsumsi dan berbagi informasi digital yaitu, dimulai dari menerima informasi melalui feed dan atau grup media sosial, menyeleksi informasi, membaca informasi, menilai informasi, memilih penerima pesan, membagi pesan. Setelah mengetahui kebenaran informasi, informan yang setuju dengan hasil klarifikasi membagi klarifikasi, sedangkan informan yang tidak setuju cenderung membiarkan klarifikasi