Konstruksi Pengetahuan Masyarakat Tentang Tradisi Petung Perjodohan (Studi Fenomenologi Pada Masyarakat Di Dusun Selobekiti, Desa Plandi, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang)

Tradisi petung perjodohan sampai saat ini masih hidup dan dipakai dalam kehidupan masyarakat Jawa, termasuk masyarakat Dusun Selobekiti yang merupakan masyarakat Islam puritan. Adanya persinggungan antara Islam puritan dengan tradisi kejawen terkadang menyebabkan adanya perbedaan cara perhitungan dan keyakinan yang ada pada masyarakat. Perbedaan ini dapat menyebabkan munculnya permasalahan baik antar individu maupun antar keluarga yang bersangkutan. Penelitian ini betujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan konstruksi pengetahuan masyarakat tentang tradisi petung perjodohan di Dusun Selobekiti, Desa Plandi, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Malang. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi dengan metode penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Sasaran penelitian adalah warga masyarakat Dusun Selobekiti baik yang masih meyakini tradisi petung maupun tidak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang tradisi petung perjodohan diperoleh melalui proses objektivasi, internalisasi dan eksternalisasi. Pada proses objektivasi masyarakat memiliki realitas objektif berupa kepercayaan-kepercayaan yang telah menjadi pengetahuan bersama dalam masyarakat. Kemudian kepercayaan-kepercayaan ini diinternalisasi oleh para individu melalui proses sosialisasi yang terjadi pada keluarga, lingkungan sosial, komunitas-komunitas kejawen dan media massa. Penghayatan terhadap nilai-nilai tradisi juga dipengaruhi oleh pengalaman individu maupun orang lain yang ada disekitar mereka terkait dengan tradisi ini. Pengetahuan yang didapat melalui proses sosialisasi ini akhirnya diekspresikan oleh para individu dalam bentuk pelaksanaan tradisi petung dan keyakinannya terhadap tradisi ini. Meskipun masyarakat memiliki keyakinan yang berbeda-beda terhadap hasil petung, tapi tradisi ini tetap dilakukan. Sehingga pengetahuan objektif tentang tradisi petung perjodohan tetap terjaga dan diwariskan secara turun-temurun