Analisis Hubungan Kekerabatan Antar Galur Kecipir (Psophocarpus Tetragonolobus L.) Lokal

Tanaman kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.) merupakan tanaman dari famili Fabaceae berbentuk semak menahun yang tumbuh merambat. Kecipir adalah salah satu tanaman kacang-kacangan potensial yang belum dibudidayakan secara luas atau masih dikatakan tanaman skala lokal. Pada umumnya kecipir ditanam sebagai tanaman pekarangan dan pemanfaatannya sebatas konsumsi rumah tangga. Di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari 100 aksesi kecipir, sehingga perlu dilakukan identifikasi (IBPGR, 1979). Berdasarkan penelitian sebelumnya, bahwa keragaman kecipir di Indonesia masih cukup tinggi (KK>50%) berdasarkan pengamatan kualitatif maupun kuantitatif sehingga dibutuhkan kegiatan identifikasi untuk mengetahui hubungan kekerabatan yang dapat membantu memilih tetua dalam upaya pemuliaan tanaman. Memilih tetua yang memiliki kekerabatan yang jauh, akan menghasilkan keturunan yang memiliki keragaman tinggi. Tujuan dari penelitian ini untuk mempelajari hubungan kekerabatan kecipir lokal koleksi dari berbagai daerah yaitu Malang, Nganjuk, Brebes, Jember, Lombok Utara, Luwu Timur dan Bengkulu berdasarkan karakter morfologi. Hipotesis dalam penelitian ini ialah diduga terdapat hubungan kekerabatan antar kecipir lokal hasil koleksi berdasarkan karakter morfologi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Juli 2017 di Agro Techno Park Universitas Brawijaya yang terletak di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Alat yang digunakan diantaranya alat tulis, form pengamatan karakter morfologi kecipir, panduan descriptor winged bean dari IBPGR dan NBPGR, color chart, meteran, penggaris, gunting, cutter, karton asturo warna abu-abu, kertas label, alfa board, plastik ziplock, tali gawar, bambu, tugal, alat semprot, gelas ukur dan kamera. Bahan yang digunakan adalah 31 galur kecipir koleksi yaitu 11 galur dari Malang, 5 galur dari Nganjuk, 4 galur dari Brebes, 5 galur dari Jember, 2 galur dari Lombok Utara, 1 galur dari Luwu Timur, 2 galur dari Bengkulu, 1 galur UB, pupuk kompos, pupuk NPK, pupuk Urea, humus, insektisida dengan bahan aktif klorpirifos 200 g/l dan herbisida dengan bahan aktif isopropilamina glifosat 486 g/l. Penelitian disusun menggunakan petak tunggal dengan pengamatan setiap individu (single plant) tanpa ulangan. Total tanaman adalah 170. Hubungan kekerabatan antar galur dilihat dengan menginput data hasil pengamatan morfologi pada software Xlstat menggunakan metode Agglomerative Hierarchical Clustering (AHC), Unweighted pair-group average (UPGMA) dengan pendekatan kesamaan (similarity) untuk membuat dendogram kekerabatan. Karakter kualitatif yang diamati antara lain: warna hillum, warna biji, bentuk biji, tekstur permukaan biji, warna batang, warna daun, bentuk daun, ukuran daun, warna calyx, warna corolla, bentuk polong, warna polong, warna sayap polong, bintik pada polong dan tekstur permukaan polong. Sedangkan karakter kuantitatif meliputi: umur mulai berbunga (hari), umur mulai panen (hari), jumlah bunga per tanaman, jumlah polong per tanaman, panjang polong (cm), lebar polong (cm). ii Hasil penelitian ditampilkan pada dendogram 48 galur kecipir lokal hasil koleksi yang menyebar pada koefisien kesamaan (similarity) 49-100% berdasarkan karakter kualitatif dan pada koefisien kesamaan 57% terbagi menjadi 3 kluster utama. Kluster 1 terdiri dari 26 galur, kluster 2 terdiri 1 galur dan kluster 3 terdiri dari 20 galur. Hubungan kerabat terdekat adalah Galur SKB-2b dengan BNN-1a, SKB-1 dengan MNN-1a, DJB-2a dengan DJB-2e pada nilai kesamaan 100% dan hubungan kerabat terjauh adalah galur PTL-1a dengan nilai kesamaan 57%