Konflik Antar Nelayan Besar Dan Nelayan Kecil Di Desa Pesisir, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur

Penelitian ini dilakukan di Desa Pesisir, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur pada bulan Oktober-November 2016. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis faktor-faktor terjadinya konflik di Desa Pesisir, menganalisis proses terjadinya konflik di Desa Pesisir, dan solusi dalam mengatasi konflik yang terjadi di Desa Pesisir. Teknik pengumpulan data menggunakan Triangilasi yang memadukan tiga metode yaitu pengamatan (observasi), wawancara dan analisis isi (studi dokumentasi/arsip), pengamatan yang di lakukan yaitu mengamati pasca terjadinya konflik antar nelayan besar dan nelayan kecil di Desa Pesisir, wawancara terarah atau terkendali di lakukan kepada pihak nelayan yang terlibat konflik erta mengetahui faktor-faktor, proses dan solusi dalam mengatasi konflik yang terjadi antar nelayan besar dan nelayan kecil, studi dokumentasi/arsip di lakukan dengan cara data primer yang di peroleh di lapang dengan informasi-informasi yang di dapat di lapang. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya konflik di desa pesisir kecamatan besuki kabupaten situbondo di picu karena desakan perekonomian masyarakat nelayan, pada musim paceklik/angin barat nelayan besar tidak bisa melaut karena beresiko angin kencang, nelayan terpaksa menangkap ikan di jalur 1 yang semula menangkap ikan di jalur 2, karena desakan perekonomian pada jaman modern seperti sekarang sangat tinggi, demi mencukupi kebutuhan keluarga mereka rela melanggar jalur penangkapan dan bentrok dengan nelayan lain, Konflik berawal tanggal 25 Juni 2014, dimana nelayan besar KLM Hasil Laut 25 GT pure seine, melanggar jalur penangkapan yang biasanya nelayan besar menangkap ikan di jalur II mereka malah menangkap ikan di jalur I yaitu jalur nelayan kecil, saat melalukan penangkapan terhadap nelayan purse seine oleh nelayan sekitar nelayan pure seine melakukan perlawanan (adu fisik) yang mengakibatkan kerusakan kapal nelayan kecil dan cidera pada pergelangan tangannya, setelah di tangkap kapal KLM Hasil Laut disandarkan di pantai Desa Pesisir dan nahkoda beserta ABK langsung dibawa ke Polsek Besuki untuk di proses lebih lanjut, dalam proses ini telah di sepakati bahwa permasalahan akan di selesaikan secara kekeluargaan dan tepat pada pukul 16.00 WIB telah di sepakati dengan surat pernyataan kedua belah pihak untuk tidak melanggar jalur penangkapan ikan di jalur nelayan kecil yaitu jalur I, dalam konflik yang terjadi, adapun kerugian material oleh pihak nelayan kecil yaitu jaring udang milik nelayan kecil putus/hilang sebanyak 5 set, mesin perahu rusak ringan akibat benturann dengan kapal KLM Hasil Laut dan pergelangan tangan cidera akibat adu fisik, dari kesepakatan ini tercipta berkat kerja sama yang baik dari polsek besuki, pos kamla besuki, perangkat desa pesisir dan sikap kooperatif dari pemilik kapal KLM Hasil Laut dan masyarakat desa. Penyelesaian atau solusi yang di akukan oleh tokoh masyarakat Desa Pesisir dibantu dengan Kepala Desa Pesisir, Polsek Besuki dan KAMLA dilakukan dengan proses kekeluargaan di mana terjadi kesepakatan antara nelayan besar dan nelayan kecil, jikal nelayan besar menangkap ikan di jalur penangkapan ikan nelayan kecil dan mengambil ikan di rumpon milik nelayan kecil, nelayan besar harus membagi hasil tangkapan ikan dengan pemilik rumpon dengan pembagian hasil 10% ke pemilik rumpon sisanya di ambil oleh nelayan yang menangkap ikan, sebaliknya jikalu nelayan kecil menangkap ikan di wilayan jalur 2 atau rumpon milik nelayan besa purse seine meraka juga harus membagi hasil tangkapan ikan kepada pemilik rumpon sebesar 10% dari total tangkapan ikan. Solusi ini di ambil di karenakan masyarakat nelayan di Desa Pesisir bisa saling membantu dan jujur supaya konflik antar nelayan tidak terjadi lagi. Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah terdapat beberapa faktor yang memicu terjadinya konflik yang terjadi di Desa Pesisir Kecamatan Besuki, yaitu faktor pertama adanya pelanggaran jalur penangkapan ikan yang dilakukan nelayan besar, yang kedua yaitu alat tangkap dan ketiga jenis produksi, Konflik kenelayanan yang terjadi di desa Pesisir Kecamatan Besuki cenderung terbuka dan bernuansa kekerasan seperti perkelahian antar nelayan, Pihak-pihak yang terlibat dalam konflik antara lain nelayan besar dan nelayan kecil sebagai pelaku konflik, sedangkan pihak-pihak yang mengakomodasikan penyelesaian konflik antara lain yaitu : tokoh masyarakat Desa Pesisir, keamanan laut, kepala Desa Pesisir dan polsek Besuki Saran yang dapat diberikan dalam mengatasi konflik tersebut adalah perlu peningkatan dalam hal pengawasan dan penegakan hukum bidang perikanan di laut dengan cara meningkatkan patroli aparat keamanan laut (KAMLA) dan juga penambahan sarana dan prasarananya seperti penambahan kapan pengawas, perlu penguatan kelembagaan pengelolaan pemanfaatan sumberdaya perikanan di desa pesisir dan dibentuknya kelembagaan ekonomi masyarakat nelayan, perlu penguatan jaringan antar komunitas nelayan desa pesisir sebagai jalan resolusi konflik kedepannya serta penguatan jaringan nelayan dengan dunia luar yang kemudian dapat diresepresentasikan kedalam konsep co-management pemanfaatan sumberdaya perikanan di Desa Pesisir yang berkelanjutan