Pengaruh Limbah Biogas Dan Pupuk Anorganik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.)

Tanaman mentimun telah banyak dibudidayakan di Indonesia, namun produksi secara nasional masih tergolong rendah dan mengalami penurunan setiap tahunnya. Direktorat Jendral Hortikultura (2014) menunjukkan bahwa produktivitas mentimun di Indonesia tahun 2010 sebanyak 35,93 ton ha-1, tahun 2011 sebanyak 34,45 ton ha-1, tahun 2012 sebanyak 34,98 ton ha-1, tahun 2013 sebanyak 33,58 ton ha-1 dan tahun 2014 sebanyak 34,04 ton ha-1. Padahal potensi produktivitas mentimun dapat mencapai 50,4 ton ha-1. Rendahnya produktivitas mentimun dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan tumbuh yaitu menurunnya kesuburan tanah yang diakibatkan penggunaan pupuk anorganik secara terusmenerus sehingga mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Alternatif usaha untuk memperbaiki kesuburan tanah pertanian secara berkelanjutan adalah dengan pemberian bahan organik. Pemberian bahan organik dapat mensuplai unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga dapat bermanfaat dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi mentimun. Untuk mendukung hal tersebut dilakukan penambahan bahan organik berupa limbah biogas sehingga dapat memperbaiki kesuburan tanah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk organik limbah biogas dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun (Cucumis sativus L.) serta mengetahui efektivitas penggunaan limbah biogas dalam menurunkan penggunaan pupuk anorganik. Penelitian dilaksanakan di lahan pertanian Desa Wringin Songo, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Penelitian dimulai pada bulan Maret – Mei 2017. Lokasi penelitian berada pada ketinggian ± 597 mdpl, suhu antara 20-29 oC serta curah hujan rata-rata mencapai 1.030 mm per tahun, kandungan bahan organik yaitu 0,29%, kandungan N total yaitu 0,06%, kandungan P2O5 yaitu 93,48% dan kandungan K2O yaitu 2,01%. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama limbah biogas terdiri dari 3 taraf yaitu: B1 = Limbah Biogas 10 ton ha-1, B2 = Limbah Biogas 20 ton ha-1, B3= Limbah Biogas 30 ton ha-1. Faktor kedua pupuk anorganik terdiri dari 3 taraf yaitu: P1 = Anorganik 100%, P2 = Anorganik 75%, P3 = Anorganik 50%. Pengamatan dilakukan pada saat tanaman berumur 14, 28, 42, dan 56 HST. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan pertumbuhan dan pengamatan hasil. Pengamatan pertumbuhan meliputi: jumlah daun (helai), luas daun (cm2), bobot segar total per tanaman (g), bobot kering total per tanaman (g), jumlah bunga betina, jumlah bunga jantan, jumlah buah yang terbentuk (buah) dan Fruitset (%). Pengamatan komponen hasil meliputi: panjang buah (cm), diameter buah (cm), jumlah buah per tanaman (buah), bobot per buah (g), bobot buah per tanaman (kg), bobot buah per petak (kg), bobot buah per hektar (ton ha-1) dan persentase buah lurus dan bengkok (buah). Data yang diperoleh diuji dengan menggunakan Uji F pada taraf 5%. Apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak terjadi interaksi antara limbah biogas dan pupuk anorganik pada pertumbuhan tanaman mentimun. Namun secara terpisah dipengaruhi oleh limbah biogas. Limbah biogas 30 ton ha-1 menghasilkan pertumbuhan yang sama dengan limbah biogas 20 ton ha-1 pada jumlah daun, luas daun, bobot segar total tanaman dan bobot kering total tanaman. Pada komponen hasil menunjukkan bahwa terjadi pengaruh interaksi antara limbah biogas dan pupuk anorganik. Pupuk anorganik sebanyak 75% dan penambahan limbah biogas 30 ton ha-1 memberikan hasil yang sama dengan 100% pupuk anorganik dan limbah biogas 30 ton ha-1 pada bobot buah per hektar. Limbah biogas dan pupuk anorganik meningkatkan kandungan bahan organik tanah dari semula 0,29% menjadi 0,82 - 2,06 %. Selain bahan organik, kandungan N total, P2O5, K2O dan C/N ratio juga mengalami peningkatan dari N total 0,06% menjadi 0,09 - 0,15 %, P2O5 93,48 ppm menjadi 99,66 – 224,31 ppm, K2O 2,01 me 100 g-1 menjadi 1,84 – 5,13 me 100 g-1 dan C/N ratio 3 menjadi 5 – 9. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian limbah biogas dan pupuk anorganik memberikan manfaat bagi tanah