Analisis Sustainable Livelihood Petani Padi Di Desa Jenggolo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang

Bertani merupakan salah satu jenis penghidupan yang telah dianggap tidak lagi menguntungkan dan tidak dapat diandalkan. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya jumlah generasi petani di Indonesia. Masalah regenerasi ini semakin terlihat apabila melihat jumlah tenaga kerj a muda di pedesaan yang memilih bekerj a di pertanian. Alasan yang banyak dikemukaan adalah pendapatan dari pertanian yang tidak menentu, petani juga dihadapkan pada banyak kendala di luar kendali seperti iklim, cuaca dan pasar. Meskipun demikian, terdapat masyarakat yang mengganggap pertanian bukan sekedar keuntungan semata sehingga mereka meneruskan pertanian sebagai penghidupan mereka. Desa Jenggolo adalah desa yang serupa dengan keadaan tersebut. Memiliki regenerasi petani yang rendah, namun diantara mereka terdapat masyarakat yang tetap mempertahankan pertanian dan menjadikannya sebagai salah satu penghidupannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui usahatani padi mulai dari biaya, penerimaan dan keuntungan petani. Kemudian mengidentifikasi kondisi aset penghidupan yang dimiliki, serta mengetahui hubungan antara aset penghidupan rumah tangga dengan usahatani yang dijalankan. Data diperoleh dari 80 rumah tangga petani responden untuk mendapatkan informasi terkait usahatani dan aset penghidupan yang dimiliki. Analisis usahatani padi dilakukan dengan menghitung rata-rata biaya produksi, penerimaan, hingga keuntungan petani padi dalam satu hektar lahan sawah. Kondisi aset penghidupan dianalisis dengan melihat kerentanan aset-aset penghidupan menggunakan Livelihood Vulnerability Index (LVI) yang dikembangkan oleh Hahn et al. (2009), dan disesuaikan juga dengan keadaan tempat penelitian sehingga terbentuk indeks setiap asetnya. Hubungan antara aset penghidupan dengan usahatani dilihat menggunakan analisis korelasi pearson product moment. Hasilnya sebagai berikut, usahatani padi per hektar memerlukan rata-rata biaya produksi sebesar Rp 10.386.412,76, penerimaan rata-rata petani sebesar Rp 30.777.525, dan keuntungan rata-rata petani sebesar Rp 20.391.112,24. Kondisi aset penghidupan petani padi dilihat dari indeks kerentanannya dengan nilai indeks kerentanan penghidupan sebesar 0,353. Kerentanan pada masing-masing aset sebagai berikut: human capital sebesar 0,405, natural capital sebesar 0,342, social capital sebesar 0,342, physical capital sebesar 0,273, dan financial capital sebesar 0,663. Terdapat hubungan positif dan signifikan secara statistik antara kerentanan natural capital dengan total biaya produksi. Terdapat hubungan negatif dan signifikan secara statistik antara kerentanan natural capital dengan produksi. Terdapat hubungan negatif dan signifikan secara statistik antara kerentanan financial capital dengan biaya untuk pestisida