Program Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil

Keberadaan komunitas adat terpencil merupakan realitas yang tidak bisa diabaikan di Indonesia. Komunitas adat terpencil menjalani kehidupan yang cukup memprihatinkan karena mendiami tempat-tempat terpencil yang secara geografis sulit dijangkau. Keterpencilan ini juga menyebabkan komunitas adat terpencil tidak mampu menjadi bagian dari proses pembangunan sebagaimana masyarakat pada umumnya. Dibutuhkan pembangunan berkelanjutan terhadap segala aspek kehidupan dan penghidupan mereka demi meningkatnya taraf hidup dan kesejahteraan sosial komunitas adat terpencil. Penelitian ini dilakukan di Dusun Banaran, Desa Ponggok, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan yang mana adalah salah satu dan satu-satunya Komunitas Adat Terpencil yang ada di Jawa Timur dan juga Dusun Banaran ini adalah dusun yang cukup dengat dengan kecamatan kota, namun karena masalah geografis yang mana Dusun ini berada dalam lokasi yang diapit oleh pegunungan sehingga Dusun Banaran menjadi terpencil dan terisolasi dari dunia luar. Dusun Banaran Juga sebagai salah satu lokasi Program Pemberdayaan KAT yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial menggandeng pemerintah setempat dan instansi terkait. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode pengumpulan data wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Tujuan penelitian ini untuk mendalami proses pemberdayaan komunitas adat terpencil. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pijakan keberdayaan dari indikator pemberdayaan yang ada di Kementerian Sosial. Adapun proses pemberdayaan KAT yang diselenggarakan oleh Kementerian Sosial memiliki beberapa tahap. pertama, tahap persiapan pemberdayaan yang berisikan kegiatan Pemetaan Sosial, Penjajagan Awal, Studi Kelayakan, Semiloka dan Penyiapan Kondisi KAT. Kedua, tahap pemberdayaan yang berisakan Pemberdayaan SDM, Pemberdayaan Potensi Alam, dan advokasi. Ketiga, tahap purna bina yaitu tahapan dimana warga kat dilatih untuk memberdayakan dirinya sendiri. Namun dari hasil penelitian menunjukkan, bahwa program pemberdayaan belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kondisi KAT pada aspek: sosial, pendidikan, budaya, ekonomi, religi dan lingkungan. Kondisi KAT pasca pemberdayaan belum secara nyata bergeser dari kondisi sebelumnya. Mereka masih menghadapi berbagai permasalahan untuk memenuhi kebutuhan dasar dan mengakses pelayanan sosial. Hal ini disebabkan masih lemahnya aspek input dan aspek proses pada pelaksanaan program pemberdayaan tersebut. Dimana kedua aspek penting ini belum memenuhi kriteria dan ketentuan pemberdayaan sosial yang diharapkan