Pengaruh Pemberian Fitoestrogen Kedelai (Glycine max) Sebagai Kandidat Kontrasepsi Wanita Terhadap Aktivitassuperokside Dismutase (SOD) Dan Histopatologi Uterus Pada Tikus Putih (Rattusnorvegicus)

Fitoestrogen utama meliputi isoflavon, lignan dan flavanoid. Kedelai merupakan tanaman kacang-kacangan yang kaya akan isoflavon. Fitoestrogen dalam jaringan akan berikatan dengan reseptor estrogen dan mencegah pengikatan reseptor alami. Mekanisme kerja fitoestrogen tersebut menyebabkan terganggunya sistem neuroendokrin jika diberikan dalam dosis kronis pada masa pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar SOD uterus serta gambaran histologi ketebalan endometrium uterus. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus (Rattus norvegicus) betina dengan berat tubuh sekitar 200 gram yang dibagi dalam 4 kelompok masing-masing 5 ekor. Kelompok 1 adalah kelompok kontrol yang tidak diberi ekstrak kedelai, kelompok 2 adalah tikus yang diberi ekstrak kedelai dengan dosis 25 mg/ekor/hari, kelompok 3 adalah tikus yang diberi ektrak kedelai dengan dosis 50 mg/ekor/hari, kelompok 4 adalah tikus yang diberi ekstrak kedelai dengan dosis 75 mg/ekor/hari. Ekstrak kedelai diberikan 2 kali dalam sehari selama 40 hari. Pengukuran aktivitas SOD dilakukan dengan metode NBT (Nitroblue-tetrazolium). Pengamatan aktivitas SOD dan histopatologi uterus dilakukan setelah pemberian ektrak kedelai pada hari ke 40. Data dianalisa secara statistik one way ANOVA (α 0,05) dan uji lanjutan Post Hoc Tukey. Hasil Penelitian menunjukan bahwa pemberian fitoestrogen kedelai menunjukan peningkatan aktivitas SOD pada pemberian dosis 75 mg/ekor/hari secara signifikan (p