Pengaruh Perbedaan Metode Ekstraksi (Vacuum Microvawe Assisted Extraction Dan Ultrasound Assisted Extraction) Terhadap Aktivitas Antioksidan Dan Antibakteri Empat Galur Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L.) Lokal Malang

Cabai rawit memiliki kandungan capsaisinoid (penyebab rasa pedas) yang lebih tinggi dibanding cabai jenis lainnya, serta memiliki kandungan vitamin C yang lebih tinggi dibandingkan buah-buahan. Kandungan senyawa fitokimia pada cabai rawit juga beragam, seperti tanin, flavonoid, alkaloid, antraquinon, fenol, saponin, glikosida, terpenoid, limonoid dan karotenoid. Potensi senyawa bioaktif tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal dalam bentuk ekstrak cabai, dimana dalam proses pembuatannya dipengaruhi oleh metode ekstraksi dan jenis galur. Saat ini metode ekstraksi konvensional telah ditinggalkan dan beralih pada metode ekstraksi non konvensional seperti Vaccum Microwave Assisted Extraction/VMAE dan Ultrasound Assisted Extraction/UAE. Kelebihan dari kedua metode tersebut adalah waktu yang lebih singkat, penggunaan pelarut yang lebih sedikit, hasil yang lebih melimpah, harga yang lebih murah, serta lebih sederhana dan efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan metode VMAE dan UAE terhadap kandungan senyawa kimia, aktivitas antioksidan dan antimikroba ekstrak empat galur cabai rawit (Capsicum frutescens L.) lokal Malang. Penelitian tahap I disusun menggunakan RAK dengan tujuan mencari lama waktu ekstraksi (5, 10 dan 15 menit) dan rasio bahan:pelarut (1:5, 1:10 dan 1:15) terbaik yang memberikan hasil kandungan capsainoid, total fenol, total flavonoid dan vitamin C tertinggi pada metode VMAE. Perlakuan terbaik diperoleh dari lama waktu ekstraksi 15 menit dan rasio bahan:pelarut = 1:15. Penelitian tahap II disusun menggunakan RAK dengan tujuan mencari lama waktu ekstraksi (5, 10 dan 15 menit) dan rasio bahan:pelarut (1:5, 1:10 dan 1:15) terbaik yang memberikan hasil kandungan capsainoid, total fenol, total flavonoid dan vitamin C tertinggi untuk metode UAE. Perlakuan terbaik diperoleh dari lama waktu ekstraksi 15 menit dan rasio bahan:pelarut = 1:10. Penelitian tahap III disusun menggunakan RAK dengan faktor perbedaan metode ekstraksi (VMAE dan UAE) serta jenis galur (G2, G4, G5 dan GPasar) terhadap rendemen, kandungan capsaisin, dihidrocapsaisin, total fenol, flavonoid, vitamin C, aktivitas antioksidan dan antibakteri ekstrak cabai rawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ekstraksi maupun jenis galur memberikan perbedaan yang signifikan pada semua parameter pengamatan. Ekstrak UAE memiliki kandungan capsaisin dan dihidrocapsaisin yang lebih tinggi, sedangkan ekstrak VMAE memiliki total fenol, flavonoid dan vitamin C yang lebih tinggi. Aktivitas antioksidan dan antibakteri pada ekstrak VMAE lebih tinggi dibanding ekstrak UAE. Galur G5 memiliki kandungan capsaisin yang lebih tinggi, sedangkan galur G2 memiliki kandungan total fenol, flavonoid dan vitamin C lebih tinggi dibanding galur lainnya. Profil ekstrak galur G2 melalui analisa GCMS menunjukkan bahwa pada ekstrak VMAE terdeksi 42 senyawa penyusun, dimana senyawa dominan adalah 1,2-mono (2-ethylhexyl) ester benzenedicarboxylic acid, capsaisin dan dihidrocapsaisin. Sedangkan pada ekstrak UAE terdeteksi 33 senyawa penyusun dimana capsaisin dan dihidrocapsaisin merupakan senyawa dominan