Peresean Sebagai Ide Penciptaan Seni Grafis

Pulau lombok adalah sebuah pulau di kepulauan sunda kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan dengan selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Salah satu budaya yang terdapat di pulau Lombok adalah budaya peresean. Peresean merupakan kesenian tradisional suku sasak yang merupakan salah satu ajang ketangkasan pemuda (terune) sasak dengan menggunakan rotan sebagai alat pemukul dan perisai (ende) sebagai pelindung dan menggunakan ikat kepala (sapuq) dan menggunakan sarung khas suku sasak. Peran penulis sebagai salah satu warga pulau Lombok selalu mengikuti perkembangan budaya peresean dengan cara menonton peresean secara langsung ketika masih duduk di bangku SD sampai sekarang. Penulis merasakan bahwa budaya peresean kurang diperhatikan oleh masyarakat terutama anak-anak muda yang ada di Lombok, mereka lebih memilih budaya asing dibandingkan dengan budayanya sendiri. Berdasarkan dari pengalaman tersebut penulis merasa bahwa budaya peresean di pulau Lombok harus dilestarikan, maka dari itu penulis tertarik mengangkat tema peresean untuk dijadikan karya seni grafis. Penulis menggunakan metode Hawkins dalam proses penciptaannya. Metode tersebut terdiri dari tiga proses yaitu tahap eksplorasi, tahap improvisasi dan tahap pembentukan. Langkah-langkah inilah yang digunakan oleh penulis dalam mengerjakan karya seni grafis di media hardboard. Hasil karya penulis berupa enam karya dengan judul “fake smile”, “keep our culture”, “judi”, “terkikis”, “meminta hujan” dan “sakit”. Keenam karya tersebut diciptakan di media kanvas dengan menambahkan warna menggunakan kuas setelah pencetakan atau yang biasa disebut dengan teknik hand colouring. Visual karya yang menggunakan ide peresean sebagai penghubung antara penikmat seni dengan karya agar penikmat seni dapat menginterpretasikan budaya peresean. Karya yang tercipta dapat menjadi refleksi kepada penikmat seni untuk lebih memahami tentang budaya peresean yang ada saat ini