Pengembangan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Emisi Co2 Pabrik Gula Krebet

Kontribusi industri dalam menghasilkan gas rumah kaca sekitar 3,12%. Pabrik gula Krebet merupakan salah satu industri gula terbesar di Indonesia dan merupakan salah satu industri yang menghasilkan emisi CO2. Sumber emisi CO2 berasal dari kegiatan produksi gula, penggunaan energi bahan bakar, kegiatan transportasi dan limbah industri. Penggunaan energi dalam skala besar pada pabrik gula akan meningkatkan produksi karbondioksida (CO2) yang berpengaruh terhadap pemanasan global. Berdasarkan Rencana Aksi Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Nasional tahun 2011, target penurunan emisi gas rumah kaca di Indonesia khususnya sektor industri pada tahun 2020 adalah 0,001 Gton CO2 (skenario 26%) dengan aksi mitigasi salah satunya adalah dengan menerapkan penggunaan bahan bakar alternatif yaitu ampas tebu (bagasse) dan pengembangan penyerapan karbon melalui ruang terbuka hijau. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran dan sebaran emisi CO2 dari kegiatan industri pabrik gula Krebet dan rekomendasi untuk pengurangan emisi CO2 dari kegiatan industri pabrik gula Krebet. Berdasarkan perhitungan emisi CO2 pabrik gula Krebet berdasarkan penggunaan energi dan transportasi, emisi CO2 yang dikeluarkan sebesar 61.568,04 Ton CO2 per tahun dan 45,05 Ton CO2 per tahun emisi CO2 transportasi. Berdasarkan hasil pengukuran sebaran gas CO2 di kawasan pabrik gula Krebet, setiap titik uji di kawasan pabrik gula Krebet memiliki nilai kadar CO2 diatas baku mutu Giddings. Baku mutu kadar CO2 menurut Giddings (1973) adalah sebesar 320 ppm, yang berarti nilai rata-rata kadar CO2 setiap titik dikategorikan udara tidak bersih. Daya serap total pohon yang ada di dalam site pabrik gula Krebet adalah sebesar 1.644,14 Ton CO2/tahun. Proporsi kebutuhan RTH privat yang dibutuhkan untuk menyerap total emisi CO2 di udara dan dari transportasi pabrik gula Krebet adalah sebesar 0,305 Ha. Rekomendasi untuk penggunaan ampas tebu (bagasse), penggunaan energi bagasse yang sesuai adalah sebesar 10%. Pada saat simulasi, penggunaan bagasse 10% diketahui dapat mengurangi emisi CO2 sekitar 3,25 Gg/tahun atau sekitar 5,3 % dari emisi CO2 penggunaan bahan bakar fosil eksisting. Rekomendasi pengembangan ruang terbuka hijau adalah penggantian tanaman penyerap CO2 untuk memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau tersebut dengan pohon Trembesi. Penanaman pohon Trembesi di lahan eksisting seluas 6.524 m2 dengan rencana jarak tanam 6 meter menurut Permen PU Nomor 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan Dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Jika melihat luas tajuk, luas lahan eksisting dan jarak tanam maka jumlah pohon yang dapat ditanam sebanyak 121 pohon dengan kemampuan daya serap sebesar 3.436,94 Ton CO2/tahun