Pengaruh Nilai pH Yang Berbeda Terhadap Daya Tetas Telur Ikan Wader Cakul (Puntius binotatus)

Indonesia merupakan negara yang kaya akan segala macam potensi sumber daya alam di dalamnya. Salah satu potensi yang sekarang tengah gencar dikembangkan adalah kegiatan budidaya perikanan. Ikan air tawar yang saat ini banyak dibudidayakan, antara lain ikan mas, nila, gurami, tawes, patin, belut, dan lele. Jenis-jenis tersebut digemari masyarakat dan telah dibudidayakan secara luas oleh petani ikan. Di samping itu masih terdapat jenis-jenis ikan lokal yang juga digemari masyarakat, namun sampai saat ini, belum dibudidayakan secara luas. Salah satu diantaranya adalah kelompok ikan yang dalam Bahasa Jawa dikenal dengan nama “ikan wader”. Permintaan pasar akan ikan ini sangat tinggi, sehingga sangat potensial untuk dibudidayakan. Selama ini, ikan wader ditangkap langsung dari habitat alami, sehingga ketersediaannya di pasaran sulit dipastikan dan harganya tidak stabil. Di samping itu, penangkapan ikan wader secara terus menerus di alam dapat mengganggu ekosistem, dimana populasinya semakin menyusut dan kelestariannya terancam.Untuk mendapatkan kualitas ikan wader cakul (Puntius binotatus) yang baik, harus mendapatkan produksi benih yang baik pula. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan produksi benih yang maksimal adalah daya tetas telur dari ikan wader cakul (Puntius binotatus) tersebut.Dari berberapa faktor yang mempengaruhi daya tetas telur, salah satunya adalah nilai derajat keasaman (pH) air. Dari pemaparan diatas, guna menghasilkan produksi perikanan berkelanjutan terutama ikan wader cakul, diperlukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh perbedaan nilai pH terhadap daya telur ikan wader cakul (Puntius binotatus). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi apakah ada pengaruh terhadap daya tetas telur dan penetasan telur ikan wader cakul (Puntius binotatus). Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2017 dan dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Reproduksi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Untuk analisis kualitas air (kesadahan) dilakukan di Laboratorium Hidrobiologi Divisi Lingkungan dan Bioteknologi Perairan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen dengan analisis data secara deskriptif dengan tahapan seleksi induk ikan wader cakul yang siap memijah, pemijahan, pembuatan konsentrasi perlakuan, dan pengambilan sampel telur yang akan diamati daya tetasnya. Analisis data yang digunakan adalah uji ANOVA serta pengukuran parameter kualitas air. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan meliputi analisa embrio telur , analisa daya tetas telur serta pengukuran parameter kualitas air. Sedangkan data sekunder dari jurnal, laporan penelitian terdahulu serta kepustakaan lain yang terkait. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, perkembangan embrio pada telur ikan wader cakul (Puntius binotatus ) terjadi dalam berberapa stadia yaitu stadia morula, blastula, grastula. organogenesis dan menetas. Pembuahan terjadi pada pukul 10.30 hingga stadia akhir yaitu menetas pada pukul 03.54. v vii Dari setiap stadia embriogenesis yang terjadi pada ikan wader cakul, perlakuan A (pH 5) mengalami stadia embriogenesis terlebih dulu dan lebih cepat daripada perlakuan B (pH 7) dan perlakuan C (pH 9). Hal ini disebabkan, pada saat akan terjadi penetasan, kekerasan lapisan korion pada telur semakin menurun. Lunaknya lapisan korion ini disebabkan oleh substansi enzim dan unsur kimia lainnya yang dikeluarkan oleh kelenjar endodermal di daerah faring. Pada perlakuan A (pH 5), yang merupakan keadaan dimana media penetasan menjadi asam, lapisan koiron pada telur ikan wader melunak sehingga merangsang terjadinya pembelahan sel lebih cepat. Selanjutnya, adalah hasil dari daya tetas telur ikan wader cakul selama penelitian. Perlakuan C memiliki rata rata daya tetas yang tertinggi sebesar 94,5 %, diikuti oleh perlakuan B sebesar 93,63 %, kemudian diikuti perlakuan A sebesar 88,76 %. Untuk mengetahui pengaruh nilai pH yang berbeda terhadap daya tetas telur ikan wader cakul digunakan analisa lebih lanjut atau analisa sidik ragam. Pada uji ANOVA, Nilai pH memberikan pengaruh yang berbeda nyata ( F hitung > F tabel ) terhadap daya tetas telur. Nilai pH yang terbaik adalah 9 dengan rata rata daya tetas telur sebesar 94,5 %. Sedangkan kelulushidupan larva tertinggi adalah pada perlakuan B (pH 7) dengan nilai 98%. Nilai kelulushidupan larva ikan wader yang paling rendah adalah perlakuan A (pH 5) dengan nilai kelulushidupan 94,8%. Dari hasil perhitungan kelulushidupan larva ikan wader cakul (Puntius binotatus) tersebut menunjukkan bahwa pemeliharaan larva pada saat penelitian termasuk larva bakal benih dengan jumlah yang cukup bagus. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian dengan rata rata suhu, sebesar 26,2oC-26,4oC, oksigen terlarut sebesar 3,82 ppm - 4,17 ppm, dan kesadahan sebesar 80 ppm – 128 ppm