Peningkatan Kemampuan Baca-Tulis Cerpen melalui Pendekatan Terpadu di Kelas XI Program Bahasa SMA Negeri 1 Pagak

Pembelajaran sastra mencakup kegiatan apresiasi sastra yang menekankan kegiatan pada interaksi dengan karya sastra. Berdasarkan observasi ditemukan bahwa pelaksanaan kondisi pembelajaran sastra yang ideal sulit dicapai. Penyebabnya adalah kurangnya penguasaan kompetensi sastra oleh guru, dan tidak ada pemahaman guru untuk melihat pembelajaran sastra sebagai keterampilan yang integratif sebagaimana diamanatkan dalam kurikulum, baik KBK maupun KTSP. Sebuah solusi atas permasalahan tersebut adalah pembelajaran sastra terpadu. Keterpaduan dalam pembelajaran sastra terwujud dengan memadukan empat keterampilan dalam proses pembelajaran sastra. Adapun penerapan model pembelajaran terpadu dalam penelitian ini memadukan keterampilan membaca dan menulis yang dilakukan melalui lima tahap proses menulis, yakni: (1) pra menulis (prweriting), (2) pengedrafan (drafting), (3) perbaikan (penyuntinganng), (4) penyuntingan (editing), dan (5) penerbitan (publishing). Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi objektif tentang pembelajaran baca-tulis cerpen melalui pendekatan terpadu di kelas XI Program Bahasa SMAN 1 Pagak. Secara khusus, tujuan yang ingin dicapai adalah mendeskripsikan: (1) peningkatan kemampuan baca-tulis cerpen melalui pendekatan terpadu pada tahap pra menulis, (2) peningkatan kemampuan baca-tulis cerpen melalui pendekatan terpadu pada tahap pengedrafan, (3) peningkatan kemampuan baca-tulis cerpen melalui pendekatan terpadu pada tahap perbaikan dan penyuntingan, dan (4) peningkatan kemampuan baca-tulis cerpen melalui pendekatan terpadu pada tahap publikasi. Penelitian ini merupakan bentuk penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan baca-tulis cerpen melalui pendekatan terpadu di kelas XI Program Bahasa SMAN 1 Pagak. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Program Bahasa SMAN 1 Pagak. Karakteristik pembelajaran baca-tulis cerpen dengan pendekatan terpadu adalah: (1) tahap pra menulis terdiri dari kegiatan identifikasi unsur-unsur pembangun cerpen dan pengembangan kerangka unsur-unsur pembangun cerpen, (2) tahap pengedrafan meliputi kegiatan mengembangkan alur, mengembangkan latar, mengembangkan penokohan, dan mengembangkan sudut pandang, (3) tahap perbaikan dan penyuntingan terdiri dari kegiatan memperbaiki cerpen dari aspek isi dan menyunting cerpen dari aspek teknis, dan (4) tahap publikasi terdiri dari kegiatan mempublikasikan cerpen siswa dalam majalah dinding dan penyusunan kumpulan cerpen siswa. Secara umum, hasil pembelajaran baca-tulis cerpen melalui pendekatan terpadu mengalami perkembangan dan berjalan sesuai dengan tahap-tahap yang direncanakan. Pada tahap pra menulis kemampuan siswa mengalami peningkatan. ii Rata-rata kemampuan mengidentifikasi unsur pembangun cerpen meningkat dari kualifikasi belum tuntas dengan kategori cukup (C) pada siklus 1, menjadi kualifikasi tuntas dengan kategori baik (B) pada siklus 2. Rata-rata kemampuan mengembangkan kerangka unsur-unsur pembangun cerpen juga meningkat, yakni dari kualifikasi belum tuntas dengan kategori kurang (K) pada siklus 1, menjadi kualifikasi tuntas dengan kategori baik (B) pada siklus 2. Pada tahap pengedrafan, kemampuan rata-rata siswa mengalami peningkatan dari kualifikasi belum tuntas dengan kategori kurang (K) pada siklus 1 menjadi tuntas dengan kategori baik (B) pada siklus 2. Pada tahap perbaikan dan penyuntingan, rata-rata kemampuan melakukan perbaikan mengalami peningkatan dari kualifikasi cukup (C) pada siklus 1 meningkat menjadi kualifikasi baik (B) pada siklus 2. Sedangkan rata-rata kemampuan melakukan penyuntingan mengalami peningkatan segi kuantitas, namun tetap memiliki kualifikasi baik (B), baik pada siklus 1 maupun siklus 2. Pada tahap publikasi, kemampuan melakukan publikasi siswa berupa mading meningkat secara kualitatif dilihat dari aspek penampilan dan kreativitas siswa. Sedangkan pada pembuatan kumpulan cerpen, meningkat dari segi penampilan dan isi. Saran-saran yang dirumuskan dari penelitian ini antara lain bagi bagi guru pengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia, guru Sastra Indonesia di jenjang SMA Program Bahasa, dan peneliti selanjutnya. Bagi guru Bahasa Indonesia, disarankan untuk mengaplikasikan pendekatan terpadu pada pembelajaran sastra di sekolah, serta dapat pula menerapkan pendekatan ini untuk mengajarkan kegiatan membaca dan menulis nonfiksi. Saran bagi peneliti selanjutnya yakni agar penelitian sejenis dapat dilakukan pada jenjang sekolah yang lain. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan rujukan dalam penelitian pembelajaran yang lebih luas