Analisis Wacana Iklan Rokok di Selebaran

Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik itu dalam bentuk tulis maupun lisan. Iklan rokok merupakan salah satu bentuk penggunaan bahasa (wacana) yang menjadi objek kajian analisis wacana. Iklan rokok merupakan wacana yang cukup unik karena dalam penyampaiannya dibatasi oleh undang-undang periklanan. Oleh karena itu wacana iklan rokok di selebaran memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dari wacana iklan jenis lain (iklan di media cetak atau dimedia elektronik). Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan karakteristik iklan rokok di selebaran, khususnya ditinjau dari segi: (1) penggunaan diksi, (2) penggunaan konstruksi kata/frase persuasif, (3) penggunaan bentuk kalimat, (4) struktur iklan, dan (5) penggunaan teknik persuasi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi dengan teknik catat. Data penelitian ini berwujud kata/frase/klausa/kalimat. Sumber datanya berupa aspek kebahasaan yang tercantum pada iklan rokok di selebaran. Data yang dianalisis sebanyak 30 data. Analisis data dilakukan dengan langkah (1) mengidentifikasi data, (2) mengklasifikasi data, dan (3) menyimpulkan data. Hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: pertama, diksi yang digunakan dalam wacana iklan rokok di selebaran meliputi (1) diksi umum dan khusus, (2) diksi asli dan serapan, (3) diksi baku dan nonbaku. Kedua konstruksi kata/frase digunakan untuk (1) mengungkapkan kelebihan atau keunggulan produk, misalnya dengan menggunakan konstruksi ter, (2) menyangatkan atau menguatkan. Kata-kata yang berfungsi untuk menyangatkan atau menguatkan adalah kata memang, pasti, dan selalu, (3) mengajak bertindak, misalnya dengan menggunakan kata nikmatilah, raih, tunjukin, bandingkan, bedakan, ekspresikan, dan pilih, (4) memberikan rasa percaya diri dan mengatasi rasa bersalah pada diri konsumen, misalnya dengan kata asyik, yakin, dan enjoy, (5) mengekslusifkan produk, dengan bentukan kata khusus. i Ketiga, bentuk kalimat yang digunakan dalam wacana iklan rokok di selebaran meliputi kalimat pernyataan, pertanyaan, dan perintah. Kalimat pernyataan digunakan untuk mengungkapkan keunggulan produk dan karakteristik produk , kalimat pertanyaan digunakan untuk mendapatkan perhatian lebih dari calon konsumen, dan kalimat perintah digunakan untuk menjgajak calon konsumen melakukan kegiatan seperti yang diperintahkan. Keempat, struktur iklan rokok di selebaran dapat ditinjau dari struktur umum dan khusus. Struktur umum terdiri atas headline (judul), subheadline (bagian yang mengikuti headline), dan amplifikasi (badan teks). Struktur wacana iklan rokok di selebaran tersusun atas beberapa pola penataan gagasan, yaitu (1) pola Hd + Sh, (2) pola Hd + Am, (3) Sh + Hd, (4) pola Sh + Hd + Sh, (5) pola Am + Hd + Sh, dan (6) pola Am + Hd. Ditinjau dari struktur khusus yaitu berdasarkan proposisi yang digunakan, (1) hanya tediri atas butir utama iklan (BU), (2) BU + Penutup (butir pasif/ keterangan tambahan), dan (3) BU + Bd Iklan + Penutup (butir pasif/ keterangan tambahan). Kelima, teknik persuasi yang digunakan dalam wacana iklan rokok di selebaran meliputi (1) teknik slogan, yaitu teknik persuasi dengan menggunakan ungkapan yang mudah diingat oleh pembaca, (2) teknik membungkus, yaitu teknik membujuk calon konsumen dengan menggunakan bahasa yang tertentu untuk mengemas iklan agar lebih menarik perhatian calon konsumen, (3) teknik menempel, yaitu teknik menyampaikan gagasan dengan menempelkan atau bergabung dengan ojek yang aktual dan menarik, (4) teknik selling reassurance of worth, yaitu teknik mengatasi rasa bersalah pada diri konsumen dengan menggunakan diksi tertentu, (5) teknik selling of status symbol, yaitu teknik menbujuk calon konsumen dengan mengatakan bahwa rokok tertentu hanya diisap oleh orang-orang tertentu, dan (6) gabungan teknik plain folks dan bond wagon. Pada bagian penutup disarankan agar penulis naskah iklan bagi penulis naskah iklan rokok hendaknya dalam menata gagasan wacana iklan rokok menggunakan pola headline + subheadline. Hal itu karena iklan rokok di selebaran dipampang di tepi jalan raya dengan sasaran konsumennya adalah pengguna jalan raya yang tidak mempunyai banyak waktu untuk membaca iklan tersebut. Dengan demikian pola penataaan gagasan tersebut paling efektif dalam menyampaikan pesan pada calon konsumen. Akan tetapi, hendaknya penulis naskah tetap mematuhi undang-undang periklanan khususnya penerapan khusus bagi iklan rokok, yaitu tidak mengajak atau membujuk (secara langsung) kepada seseorang untuk mulai merokok. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu landasan untuk melakukan penelitian lanjutan sehingga akan didapatkan hasil yang lebih maksimal dari penelitian sebelumnya