Perlindungan Hukum bagi Pemilik Merek Terkenal Pierre Cardin Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha tidak Sehat

Merek memegang peranan penting atas suatu produk yang dimiliki oleh pelaku usaha. Hal ini disebabkan karena fungsi merek untuk membedakan produk satu dengan produk lainnya baik dalam barang dan/atau jasa yang sejenis maupun tidak sejenis. Merek-merek asing atau internasional merupakan salah satu merek yang dikenal oleh masyarakat. Selain itu, keberadaan merek juga memiliki keterkaitan erat dengan persaingan di dunia usaha. Maraknya peniruan merek internasional atau merek asing di masyarakat oleh pelaku usaha menjadikan permasalahan dalam hal perlindungan bagi pemilik merek internasional atau asing sebagai merek yang terkenal di masyarakat. Seperti halnya pada kasus merek terkenal Pierre Cardin milik perancang busana asal Perancis yang sudah ada sejak tahun 1970-an, kemudian Pierre Cardin mendaftarkan mereknya di Indonesia pada tahun 2009 untuk kelas barang 3, 9, 10, 12, 16, 18, 20, 21, 23, 24, 25, 30, 32, 33, dan 34. Akan tetapi, ternyata juga terdaftar merek Pierre Cardin atas nama Alexander Satryo Wibowo yang melindungi produk barang dalam kelas barang 3. Perbuatan Alexander yang menggunakan merek Pierre Cardin yang memiliki persamaan pada pokoknya dengan merek terkenal Pierre Cardin asal Perancis mengakibatkan iklim usaha menjadi tidak kompetitif dan menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat diantara para pelaku usaha dalam dunia usaha. Selain itu, memunculkan kebingungan yang dialami oleh konsumen karena adanya 2 (dua) merek Pierre Cardin yang sama