ANALISIS HUKUM BISNIS SYARIAH TERHADAP PRAKTEK GO-FOOD DALAM KEMITRAAN DAN PENGGUNAAN GO-JEK

Salah satu aplikasi modern yang populer saat ini di masyarakat adalah jual beli online yang terkenal dengan nama go-food. Aplikasi ini merupakan buatan anak bangsa yang mempunyai misi membantu pengusaha-pengusaha kecil menengah yang bermodal minim untuk mempromosikan produknya di masyarakat. Akan tetapi promosi yang ditawarkan bukanlah cuma-cuma. Go-food meminta 20% dari hasil penjualan melalui aplikasi kepada mitranya yaitu marchant. Dalam perjanjiannya pembagian tersebut bernama service fee. Gofood menerangkan bahwa servis fee tersebut merupakan pembagian keuntungan terhadap segala fasilitas yang diberikan pihak go-food kepada marchant. Akan tetapi realitas di masyarakat service fee ini membuat para marchant harus berfikir lebih untuk menutupi kekurangan 20% penjualan bila tidak ingin merugi. Para driver sebagai mitra pendukung juga terkena imbas dari service free tersebut, karena para pelanggan (penikmat) sering kali bertanya soal harga atau pun porsi yang didapat tidak sesuai apabila pelanggan datang langsung di warung. Ketidakpuasan pelanggan ini berakibat driver mendapatkan performa yang kurang baik serta marchant bisa kehilangan pelanggannya. Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat deskiptif-analitis dengan menggunakan pola pendekatan normatif. Go-food merupakan fenomena baru yang sekarang lagi populer dimasyrakat,oleh karena itu dampak sosial yang lahir dari kontrak sosial itu harus jelas. Ada dua teori yang menjadi landasan penulisan ini, yaitu teori bisnis muamalat untuk menganalisis sistem pengoperasian aplikasi dan teori akad untuk menyelaraskan tujuan atau niat penggunanya. Data primer pada penulisan ini bersumber dari wawancara para mitra serta warga masyarakat pengguna aplikasi go-food di kota Yogyakarta. Adapun data sekunder diambil dari buku-buku yang terkait dengan pembahasan tesis ini. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar mitra maupun pengguna sangat terbantu dari segi kepraktisan penggunaan dan penjualan di kota Yogyakarta. Terbukti dengan meningkatnya outlet bertuliskan go-food di berbagai tempat dan bertambahnya jenis makanan di dalam aplikasi. Namun sebagian marchant menganggap pembagian yang diterapkan sangat besar dan menyebabkan adanya ketidak sesuaian harga maupun porsi yang didapat. Pengguna (penikmat) pun juga mengamini hal tersebut, sebagian meraka menganggap ke tidak jelasan penjualan antara di dalam dan diluar aplikasi membuat mereka ragu akan aplikasi ini. Driver sebagai mitra penghubung sering kali kena imbas sangkaan kurang baik yang berdampak performa yang dibawah rata-rata yang mengakibatkan bonus sulit keluar. Penulis berpendapat seharusnya penetapan service fee ini di buat bersama untuk mengurai hal tersebut, serta perlu adanya penilaian untuk marchant agar driver tidak selalu menjadi kambing hitam. Selain itu, pemahamam tentang akad saat bertransaksi dalam menggunakan aplikasi go-food belum paham secara mendalam. Marchant, driver maupun pengguna (penikmat) berpola pemikiran, sekarang hidup di zaman era digital teknologi maka harus mengikuti perkembangan zaman bila tidak ingin tertinggal. Jadi pengguna maupun mitra hanya melihat dari segi kemudahan waktu menggunakannya di tengah-tengah aktifitas kerja yang semakin padat. Secara akademik, penulisan ini turut berkontribusi dalam pengembangan khazanah keilmuan Islam tentang masalah-masalah kontemporer, khususnya tentang jual beli online yang lagi membuming di dalam masyarakat Indonesia. Penulisan ini juga dapat digunakan sebagai referensi bagi penulis-penulis berikutnya, sehingga kajian hukum Islam dapat selalu berkembang sepanjang masa