Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat disekitarnya. Beraneka ragam suku, agama, budaya, etnis, bahasa, dan lainnya campur menjadi satu yang menghasilkan interaksi satu sama lain. Terkadang, interaksi tersebut menimbulkan gesekan yang berujung pada munculnya permasalahan, temasuk dalam proses layanan bimbingan dan konseling. Interaksi antara konseli dan konselor yang mengabaikan latar belakang budaya masing-masing dapat mengakibatkan terminasi dini dalam konseling. Penulis mencoba menyajikan sebuah perspektif agar praktisi konseling (guru bimbingan dan konseling atau konselor) lebih sensitif dalam memahami budaya konseli agar konseling yang dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kata Ku...