PERCEPATAN DAN PENINGKATAN PENYEDIAAN BENIH KENTANG UNGGULAN DI KORIDOR SULAWESI MELALUI PEMANFAATAN PAKET INOVASI TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN TERPADU UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA BENIH NASIONAL

RINGKASAN\ud Ketersediaan benih kentang jauh dari memadai, hanya 10 % dari kebutuhan nasional \ud 120.000 ton/tahun (termasuk impor), sehingga berdampak pada produktivitas yang hanya 12\ud ton/ha dari potensi 40 ton/ha. Untuk memacu ketersediaan benih kentang di Indonesia perlu\ud diterapkan inovasi teknologi yang bersinergis khususnya untuk melipatgandakan produksi\ud benih sumber seperti: penerapan teknologi aeroponik pada stek hasil kultur jaringan, deteksi\ud dini virus dan patogen lainnya menggunakan teknologi PCR, pemanfaatan mikrobia PGPR,\ud bioaktivator, biopestisida, pupuk organik dan zat pengatur tumbuh nabati. Melalui\ud pemanfaatan paket teknologi tersebut dan managemen benih secara terintegrasi diharapkan\ud dapat mendukung ketersediaan benih kentang unggulan secara 7 tepat: jenis, varietas, jumlah,\ud mutu, waktu, tempat dan harga. \ud \ud Selama kurung waktu 12 tahun, Center for Potato (CPS) Unhas telah melakukan\ud berbagai aktifitas penelitian dan pengembangan ipteks kentang khususnya pengembangan\ud teknologi ramah lingkungan. Untuk meningkatkan kapasitas produksi benih kentang di mitra\ud Instalasi Kebun Benih di beberapa kabupaten dan perluasan jejaring (mitra baru), beberapa\ud paket teknologi terkini diujicobakan untuk diterapkan dalam rangka menggenjot produksi\ud benih kentang unggulan (Nasional: varietas GM05, GM08, Repita, Granola, Atlantik dan\ud varietas lokal: Kalosi, Raja, Supejohn). Jika selama ini kemitraan hanya di 2 lokasi (Malino\ud dan Enrekang) dengan sistem konvensial telah diproduksi 100.000 knol G0/tahun diharapkan\ud pada tahun I (2013) dapat ditingkatkan dan diperluas menjadi 5 mitra kabupaten di Sulsel\ud dengan target produksi 500.000 G0 dan selanjutnya tahun 2015 akan digenjot menjadi\ud 1.000.000 knol G0 pada 10 kabupaten di Kawasan MP3EI Sulawesi atau berkonstribusi 30 %\ud dari kebutuhan nasional. \ud \ud Melalui introduksi paket teknologi bersinergi yaitu produksi benih sehat dan bermutu\ud hasil kultur jaringan yang dikombinasi dengan sistem deteksi dini patogen, ELISA dan PCR\ud telah diperoleh indukan kentang unggulan yang sehat dan bermutu. Pada tahap awal telah\ud dilakukan seleksi Umbi kentang yang diperoleh dari Balitsa Lembang dan Lokal Sulut) antara\ud lain: GM 05, GM08, Superjohn (Sulut). Umbi tersebut diinkubasi selama 4 bulan hingga\ud muncul tunas yang digunakan sebagai eksplan untuk perbanyakan planlet secara in-vitro di\ud laboratorium. Sebelum ditanam ekplan tersebut diuji kesehatannya menggunakan teknik\ud ELISA dan PCR untuk menjamin terbebasnya eksplan dari virus dan penyakit lainnya. Eksplan\ud yang dinyatakan negatif tidak mengandung patogen selanjutnya dilakukan penanaman dalam\ud media modifikasi Muraschige and Skoogs untuk pertumbuhan planlet (tanaman mini). Metode\ud Stek buku tunggal selanjutnya digunakan untuk melipatgandakan planlet secara in-vitro. Stek\ud kultur jaringan yang telah berusia 45-60 hari digunakan sebagai planlet untuk penanaman stek\ud pada media arang sekam di dalam rumah kasa. Untuk mencirikan produksi benih kentang dari\ud ke-5 mitra kabupaten masing-masing diberikan varietas yang berbeda-beda, yaitu varietas\ud Kalosi di Enrekang, Raja di Toraja, Tenggo di Toraja Utara, Granola di Malino Gowa dan\ud MG08 di Bantaeng. Dua Kabupaten mitra baru sedang dalam proses penjajakan kerjasama\ud yaitu: Jeneponto dengan varietas Repita dan Sinjai dengan varietas Atlantik.\ud \ud Kegiatan penanaman di Green house meliputi aklimatisasi, perbanyakan stek pucuk dan\ud stek produksi pada ke 5 mitra kabupaten dilaksanakan pada saat yang berbeda-beda. Hal\ud tersebut tergantung dari kesiapan sarana dan prasarana di lapang dan kemampuan adopsi\ud teknologi dari tenaga kerja masing-masing mitra. Pada umumnya kondisi Green house disetiap\ud mitra memerlukan rehabilitasi setiap tahunnya akibat iklim/cuaca yang ekstrim di daerah\ud dataran tinggi. \ud \ud Untuk memacu produksi benih sumber (G0) pada ke-5 mitra kabupaten digunakan sistem\ud budidaya aeroponik. Prototipe sistem aeroponik untuk produksi benih kentang termuat dalam \ud \ud Buku 104 Inovasi lndonesia, BIC 2012. Green house aeroponik telah terbangun masing-masing\ud di Malino, Gowa (3 buah dengan ukuran @ 7x21m\ud 2\ud ), Enrekang (1 buah @6 x 15 m\ud ), Toraja\ud (1 buah @ 7x21 m\ud 2\ud ) dan Toraja Utara (2 buah @ 6 x 21m\ud 2\ud dan Bantaeng (1 buah @ 6 x20\ud m2). Dengan penanaman 1200-2000 stek yang telah berakar pada 1 GH aeroponik setelah\ud berumur 90 hari akan diperoleh 36.000- 60.000 umbi mini G0/musim, sedang pada penanaman\ud 5000 stek lainnya pada sistem konvensional (media organik dan arang sekam) akan diperoleh\ud sebanyak 25.000 umbi G0. Sebagaimana target yang dicanangkan pada setiap mitra untuk\ud tahun I: Malino, Gowa sebanyak 200.000 G0, Bantaeng sebanyak 100.000 G0, Enrekang\ud sebanyak 100.000 G0, Toraja & Toraja utara masing-masing sebanyak 50.000 G0, sehingga\ud total keseluruhan sebanyak 500.000 G0. Berdasarkan pengalaman kami selama ini jika\ud menanam 500 botol planlet akan diperoleh 10.000 stek aklimatisasi dengan minimal\ud keberhasilan 5000 stek yang hidup. Dengan perbanyakan stek pucuk akan diperoleh 12.500\ud stek produksi yang akan menghasilkan umbi sebanyak 62.500 G0 pada sistem konvensional\ud (@ 5 umbi/tanaman). \ud Hasil produksi stek produksi dan umbi G0 pada setiap mitra diperoleh sebagai berikut:\ud Malino terdapat produksi G0 sebanyak 7000 umbi, Akhir november dipanen 6000 tan dengan\ud dengan produksi 30.000 umbi G0 serta masih tersedia 50.000 stek berakar yang diharapkan\ud akan panen dibulan Desember- Januari 2014 sejumlah 250.000 G0. Di Bantaeng hingga bulan\ud Agustus telah diproduksi 70.000 umbi G0 dan sekarang ini terdapat 23.000 stek perbanyakan\ud yang diharapkan pada bulan Januari akan menghasilkan minimal sebanyak 100.000 umbi GO.\ud Di Enrekang, perbanyakan stek hasil kultur jaringan dimulai di awal tahun yang secara\ud bertahap hingga akhir bulan Oktober produksinya telah mencapai 12.000 G0, diharapkan\ud dengan penggunaan sistem aeroponik (baru selesai dibangun) dengan penanaman 1100\ud tanaman akan menghasilkan 33.000 G0 (@30 umbi/tanaman) akhir bulan Desember (setiap 2\ud minggu dilakukan panen umbi yang berukuran 2 cm dan masih terdapat sekitar 6500 stek yang\ud diharapkan akan menghasilkan 32.500 umbi G0 di bulan Januari 2014. Hasil panen baru\ud mencapai 10.500 umbi G0 hasil aeroponik. Di Kabupaten Toraja dengan mengandalkan\ud sistem aeroponik, telah dipanen sebanyak 20.000 umbi G0 di bulan Agustus dan hingga\ud sekarang ini masih melakukan perbanyakan stek produksi untuk persiapan penanaman\ud aeroponik periode ke-2. Di Kabupaten baru terbentuk, Toraja Utara, pengembangan budidaya\ud kentang aeroponik telah menghasilkan sebanyak 35.000 G0 pada 2 Green house, lebih rendah\ud dari target produksi 50.000 umbi akibat seringnya mati lampu, namun dengan adanya\ud penanaman periode ke-2 diharapkan hasilnya ditahun ini melampaui target yang dicanangkan\ud yaitu hanya 50.000 umbi G0. \ud \ud Selain kegiatan produksi benih kentang, telah dilakukan juga eksplorasi mikroorganisme\ud berguna pada daerah rizosfer tanaman utama (kentang, padi, markisa, bambu dan terong\ud belanda) serta pupuk kandang. Ditemukan 82 isolat bakteri, 19 isolat diantaranya merupakan\ud isolat unggulan yang berpotensi digunakan sebagai pengendali hayati penyakit layu bakteri dan\ud layu Fusarium setelah dilakukan uji daya hambat terhadap Ralstonia solanacearum dan\ud Fusarium oxysporum secara in-vitro ditunjang oleh uji fisiologis dan uji enzimatik. \ud Hasil identifikasi ke 19 mikrobia tersebut ditemukan 1 isolat Pseudomonas fluorescens, 6\ud isolat genus Bacillus, 2 isolat genus Streptomyces, 3 isolat genus Pantoea, dan 6 isolat genus\ud Clostridium. Isolat-isolat Clostridium yang mampu hidup pada kondisi anaerob telah\ud diformulasi dan digunakan pada larutan nutrisi tanaman sistem aeroponik (Pendaftaran paten\ud no:P00201100890), sedang mikrobia lainnya masih dalam pengujian lebih lanjut. Pemanfaatan\ud mikrobia antagonis ditujukan untuk melindungi pertanaman dari serangan penyakit layu pada\ud sistem perbenihan G2,G3 dan G4 kelak di lapang. \ud \ud Untuk sosialisasi dan penyamaan persepsi para stakeholder tentang Pengelolaan sistem \ud Perbenihan kentang telah dilakukan Seminar dan Workshop yang diikuti perwakilan petani dan\ud instansi terkait dengan mengundang Dirjen Hortikultura, Kepala Pusat Penelitian Hortikultura, Kapus Hortikultura Tropis IPB, Ahli Kentang dan petani kentang Australia yang dilaksanakan\ud pada tanggal 19-21 September 2013. Pada seminar tsb turut diperkenalkan peran UNHAS dalam\ud mendukung kegiatan perbenihan kentang di Koridor MP3EI Sulawesi. \ud \ud Mahasiswa yang dilibatkan dalam kegiatan penelitian ini terdiri: 4 orang S3, 4 orang S2 \ud dan 3 orang S1(daftar nama dan judul terlampir). Beberapa hasil penelitian telah dipublikasikan\ud baik pada tingkat seminar maupun pada jurnal internasional. Undangan sebagai keynote\ud speaker antara lain pada Kongres dan Seminar Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI) ke-\ud 22 dengan judul ???Peran Teknologi Fitosanitari dalam Mendukung Sistem Produksi Benih\ud Kentang dan Prospek Agribisnisnya???. Pada kesempatan tersebut telah dipresentasikan juga 3\ud makalah dari Tim kentang UNHAS. Presentasi pada Seminar Internasional telah dilakukan\ud pada The 6th International Seminar of Indonesian Society for Microbiology di Pontianak \ud October, 16-19\ud th\ud 2013 dengan judul: Diversity of Bacterial Isolates from Potato Rhizospheres in\ud Toraja Highland and Their Capability to Control of Fusarium oxysporum in-vitro. Selain itu\ud telah diterbitkan pada 3 artikel pada jurnal internasional antara lain 2 artikel pada\ud International Journal of Agriculturae Systems (IJAS) artikel tentang: Bacterial antagonist\ud Isolates in Controlling Bacterial Wilt Disease of Potato (Ralsonia solanacearum) in Aeroponic\ud cultivation system (Nurbaya, Tutik Kuswinanti, Baharuddin) Volume 1(1) June 2013 dan pada\ud jurnal yang sama Vol 1. Issue 2, hal. 98-103 artikel berjudul: Potential of Plant Extracts as\ud Growth Regulators: The Influence of Plant Extract to Growth of Cutting of Potato Seeding (\ud Ulfa, Enny L.Sengin, Baharuddin, A.Syatrianti S) serta telah ???Accepted??? pada American Jurnal\ud of Agriculture and Forestry dengan judul artikel: In-vitro selection of rock phosphate solubility\ud by microorganism from ultisols in South Sulawesi, Indonesia (Muh. Jayadi, Baharuddin,\ud Bachrul Ibrahim).\ud Teknologi dan produk teknologi berjumlah 5 buah yang telah digunakan pada ke 5 mitra\ud khususnya pada sistem produksi benih sumber (G0) di tahun 2013 antara lain: bibit kultur\ud jaringan 5 varietas, teknologi deteksi dini untuk patogen, Desain teknologi aeroponik untuk\ud kentang, formulasi nutrisi aeroponik, formulasi mikrobia antagonis. Dua diantaranya telah\ud didaftarkan pada Ditjen HAKI Kementerian Hukum dan HAM dengan nomor: P.00201100890\ud dengan judul: Proses Produksi dan Formulasi bakteri antagonis Clostridium sp untuk\ud pengendalian penyakit layu (Ralstonia solanacearum pada tanaman kentang Sistem aeroponik\ud dan nomor: P00201100889 dengan judul: Proses pembuatan Formulasi selubung benih berbahan\ud aktif mikroba antagonis untuk perlindungan terhadap patogen tular tanah , sedang 1 varietas\ud Kentang Lokal Kalosi telah terdaftar di Kementerian Pertanian dengan nomor:\ud 0085/B.Kn/DKEKG/2013